Breaking Posts

-->
6/trending/recent

Hot Widget

-->
Type Here to Get Search Results !

Projo Buang Wajah Jokowi, Rizal Fadillah Sebut Manuver Budi Arie Lompatan Kodok Politik Busuk

 Rizal Fadillah Kritik Pembelaan Budi Gunawan, Sebut Jokowi Tidak Layak Dijaga Marwahnya"

Repelita Jakarta - Pemerhati politik dan kebangsaan, M Rizal Fadillah, menanggapi langkah organisasi relawan Projo yang berencana mengganti logo dan tidak lagi menampilkan wajah Presiden ke-7 RI, Joko Widodo.

Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, sebelumnya menyebut bahwa perubahan logo tersebut merupakan bagian dari pembaruan organisasi dan tidak lagi bermakna “Pro Jokowi”, melainkan memiliki makna tersendiri.

Rizal Fadillah menilai pernyataan itu sebagai bentuk pengelakan yang tidak masuk akal, mengingat publik sudah mengenal Projo sebagai relawan pendukung Jokowi sejak awal.

“Mulai ngeles bahwa Projo itu bukan kepanjangan Pro Jokowi tapi punya makna sendiri. Sedunia sudah tahu bahwa logonya saja wajah Jokowi,” ujar Rizal pada Minggu, 2 November 2025.

"Mana mungkin bukan Pro Jokowi. Budi Arie sudah ketularan Jokowi soal ngeles mengeles,” tambahnya.

Rizal juga menyoroti langkah Budi Arie yang disebut-sebut ingin membawa Projo merapat ke Partai Gerindra melalui Kongres Projo.

Ia menyebut bahwa Budi Arie, yang pernah menjabat sebagai Menteri Koperasi, kini mencoba menjadikan Projo sebagai gerbong politik Gerindra.

“Budi Arie pecatan Menteri Koperasi dan tokoh yang diributkan di belakang permainan haram judi online itu mencoba melalui Kongres Projo membawa Projo menjadi gerbong Gerindra,” katanya.

Langkah tersebut, menurut Rizal, terlihat dari pujian terhadap Prabowo Subianto yang digaungkan dalam kongres tersebut.

“Merapat dengan memulai memuji Prabowo dan teriakan peserta Kongres Prabowo di hati rakyat. Budi sendiri berniat bergabung ke Gerindra dan meminta izin kepada Kongres yang dihadiri Sufmi Dasco tersebut,” sebutnya.

Rizal menilai bahwa publik tidak terlalu peduli dengan arah politik Budi Arie maupun Projo, namun tetap mencermati dinamika yang terjadi.

“Masyarakat hanya tersenyum saja bahwa Gerindra kok menjadi seperti tempat sampah. Budi Arie bukan barang bagus, judi harus dibuang ke tempat sampah meski secara online,” timpalnya.

Ia bahkan menyebut langkah politik Budi Arie sebagai lompatan kodok yang mencerminkan budaya politik pragmatis dan tidak sehat di Indonesia.

“Lompatan kodok Budi Arie menjadi cermin dari budaya politik pragmatik dan busuk di Indonesia,” tegasnya.

Rizal juga menyinggung kemungkinan perubahan simbol dalam logo baru Projo yang akan menggantikan wajah Jokowi.

"Entah apa ganti logo Projo yang segera berubah. Jika PSI bunga mawar berubah jadi hewan gajah, adakah wajah Jokowi akan menjadi hewan kodok atau mungkin bermimikri menjadi wajah Prabowo?” imbuhnya.

Ia menegaskan bahwa ketidakhadiran Jokowi dalam Kongres Projo merupakan sinyal politik yang patut dicermati.

“Ketidakhadiran Jokowi di forum Kongres memberi sinyal restu atau memang ditinggal. Dalam rundown acara Kongres memang Jokowi yang membuka dan Prabowo menutup,” Rizal menuturkan.

"Namun dengan tidak hadirnya Jokowi yang semakin bingung dan linglung maka dipastikan Prabowo tidak akan hadir pula,” jelas Rizal.

Meski demikian, Rizal tidak menutup kemungkinan Prabowo hadir demi kepentingan politik dan pujian dari peserta kongres.

“Jika ternyata kejutan terjadi Prabowo hadir demi puja puji peserta, maka dipastikan bahwa Prabowo juga memang bingung dan linglung,” terangnya.

Lebih lanjut, Rizal menilai bahwa langkah Projo meninggalkan wajah Jokowi di atributnya merupakan upaya untuk bergeser menjadi bagian dari sayap politik Prabowo dan Gerindra.

“Projo yang tidak strategis lagi membawa-bawa wajah Jokowi pada bendera atau atribut lain mencoba untuk bergeser menjadi bagian dari sayap Prabowo dan Gerindra. Budi Arie jualan Projo untuk perlindungan diri. Ia memang sedang mengajak berjudi Prabowo dengan melempar dadu Jokowi,” tegasnya lagi.

Rizal mengingatkan bahwa Projo sejak awal berdiri pada 2013 adalah relawan yang dibentuk untuk mendukung pencapresan Jokowi.

“Di samping Projo ada Bara JP, Alap-alap, dan Pasbata. Budi Arie Setiadi pendiri dan Ketum Projo dihadiahi Menkominfo di era Jokowi dan Menkop di era Prabowo sebelum ia direshuffle akibat gonjang-ganjing judi online,” paparnya.

Ia menyebut bahwa Kongres III Projo tidak diarahkan untuk pembentukan partai politik, melainkan hanya sebagai upaya mengganti wajah dukungan dari Jokowi ke Prabowo.

“Budi Arie membawa Kongres III ormas Projo bukan pada pembentukan partai politik tetapi hanya mengganti wajah dari Jokowi ke Prabowo. Meski sebenarnya rakyat tahu mainan Budi itu tetap pada dua wajah, Jokowi dan Prabowo,” tandasnya.

Rizal menyimpulkan bahwa kondisi tersebut mencerminkan kemunafikan dalam dunia politik nasional.

“Projo mengibarkan bendera dua wajah. Wajah itu adalah gambaran dari kemunafikan politik bangsa,” tutup Rizal.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

-->

Below Post Ad

-->

Ads Bottom

-->
Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved