Repelita Jakarta – Pegiat media sosial Preciosa Kanti melontarkan kritik tajam terhadap proyek Kereta Cepat Indonesia–China atau Whoosh yang menurutnya tidak memberikan manfaat nyata bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.
Dalam unggahan di akun X @PreciosaKanti pada 2 November 2025, ia menyebut bahwa proyek tersebut hanya dinikmati oleh kalangan berduit, sementara beban utangnya harus ditanggung oleh seluruh rakyat Indonesia.
Kanti menyebut bahwa klaim Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, yang menyatakan keuntungan proyek Whoosh bersifat sosial, justru menyakiti nalar rakyat kecil yang tidak merasakan dampak langsung dari pembangunan tersebut.
Ia menilai bahwa proyek bernilai triliunan itu hanya menjadi produk wisata yang tidak menyentuh kebutuhan dasar mayoritas masyarakat yang berada di kategori menengah ke bawah dan miskin.
Menurutnya, narasi bahwa kereta cepat memberikan keuntungan sosial hanyalah pembenaran yang dipaksakan dan tidak berdasar pada realitas ekonomi masyarakat.
Kanti menyampaikan bahwa dalih transportasi massal yang tidak diukur dari laba, melainkan dari keuntungan sosial, membuat publik seolah harus menerima kebijakan pemerintah tanpa ruang untuk bertanya atau mengkritisi.
Ia menutup kritiknya dengan menyatakan bahwa rakyat kecil di Indonesia harus menelan kebijakan tersebut sebagai kebenaran yang tidak berpihak kepada mereka.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa keuntungan proyek Whoosh terletak pada peningkatan produktivitas masyarakat dan dampak positif terhadap lingkungan seperti pengurangan emisi karbon dan polusi udara.
Dalam pernyataannya yang dikutip dari Threads pada 28 Oktober 2025, Jokowi menyebut bahwa waktu tempuh yang lebih cepat merupakan bentuk keuntungan sosial dari pembangunan transportasi massal.
Ia menolak anggapan bahwa subsidi untuk proyek tersebut merupakan kerugian, dan menegaskan bahwa subsidi adalah bentuk investasi jangka panjang yang akan memberikan manfaat luas bagi masyarakat.
Jokowi juga membandingkan subsidi proyek Whoosh dengan subsidi MRT Jakarta yang mencapai Rp800 miliar per tahun, dan memperkirakan bahwa jika seluruh rute selesai, subsidi bisa mencapai Rp4,5 triliun berdasarkan perhitungan 12 tahun lalu.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

