
Repelita Jakarta – Penggalan video anggota DPR berjoget saat sidang tahunan diduga sengaja disebarluaskan melalui media sosial untuk membangkitkan emosi publik dan memperkuat rasa ketidakadilan di tengah masyarakat.
Hal tersebut disampaikan oleh ahli kriminologi Adrianus Meliala saat dihadirkan sebagai saksi dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR yang berlangsung di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Senin, 3 November 2025.
Menurut Adrianus, video yang tersebar telah menimbulkan beragam reaksi dari masyarakat. Sebagian hanya berhenti pada perasaan tidak nyaman, namun ada pula yang melampiaskannya melalui tindakan yang lebih ekstrem.
Ada juga yang melanjutkannya ke dalam tindakan kerusuhan atau penjarahan, jelas Adrianus.
Ia tidak menampik bahwa penggalan video tersebut cukup provokatif dan mampu menciptakan rasa ketidakadilan yang mendalam. Kondisi ini disebut sebagai salah satu pemicu demonstrasi besar-besaran yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia beberapa waktu lalu.
Kondisi ini membutuhkan pemicu atau triggering. Ajakan-ajakan seperti 'kumpul di sini', 'bakar Monas', atau 'serang Mabes Polri' itulah yang saya sebut sebagai trigger atau faktor pencetus, lanjut Adrianus menjelaskan.
Ketua MKD DPR, Nazaruddin Dek Gam, menyatakan bahwa pemeriksaan pendahuluan ini digelar untuk mencari titik terang atas rangkaian peristiwa yang terjadi antara 15 Agustus hingga 3 September 2025.
Ia mengungkapkan bahwa lima anggota DPR telah dinonaktifkan oleh partai masing-masing sebagai dampak dari peristiwa tersebut.
Ada lima anggota DPR yang dinyatakan nonaktif oleh partai masing-masing, yaitu Adies Kadir, Nafa Urbach, Surya Utama, Eko Hendro Purnomo, dan Ahmad Sahroni, kata Dek Gam. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

