
Repelita Jakarta - Sutradara sekaligus pegiat media sosial Denny Siregar turut menanggapi langkah Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, yang menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan Partai Gerindra.
Dalam unggahan di Facebook pribadinya pada Minggu, 2 November 2025, Denny menyindir bahwa sebagai pendukung setia Jokowi, seharusnya Budi Arie bergabung dengan PSI, bukan Gerindra.
“Kukira gabung ke PSI, terlalu kecil ya?” tulis Denny menanggapi permintaan izin Budi Arie kepada relawan Projo untuk bergabung ke Gerindra.
Ia juga menyinggung pernyataan Budi Arie yang menyebut bahwa nama Projo bukan berarti Pro Jokowi, melainkan berasal dari bahasa Sanskerta.
“Wkwkwkw, doi takut gak diakuin ma Gerindra,” lanjut Denny dalam unggahannya.
Menurut Denny, sikap Budi Arie tersebut mencerminkan kegamangan politik setelah Jokowi tidak lagi berada di tampuk kekuasaan.
Ia menilai bahwa upaya Budi Arie menjaga jarak dari nama Jokowi justru menimbulkan pertanyaan publik mengenai arah politik Projo ke depan.
Dalam Kongres III Projo yang digelar di Hotel Grand Sahid Jakarta, Budi Arie menyampaikan niatnya untuk bergabung dengan Partai Gerindra dan meminta izin kepada para relawan.
Ia juga menegaskan bahwa logo Projo akan diganti dan tidak lagi menampilkan wajah Jokowi, sebagai bagian dari pembaruan organisasi.
Sebelumnya, pengamat politik Rizal Fadillah juga menyoroti langkah Projo yang akan mengganti logo dan menjauh dari citra Jokowi.
Rizal menyebut bahwa pernyataan Budi Arie mengenai makna Projo sebagai kata dari bahasa Sanskerta merupakan bentuk pengelakan yang tidak masuk akal.
“Mulai ngeles bahwa Projo itu bukan kepanjangan Pro Jokowi tapi punya makna sendiri. Sedunia sudah tahu bahwa logonya saja wajah Jokowi,” ujar Rizal dalam keterangannya pada Minggu, 2 November 2025.
Ia menilai bahwa Budi Arie telah mengikuti gaya Jokowi dalam hal menghindari tanggung jawab dan mengaburkan fakta.
Rizal juga menyinggung posisi Budi Arie yang disebut-sebut ingin membawa Projo merapat ke Gerindra melalui Kongres Projo.
“Budi Arie pecatan Menteri Koperasi dan tokoh yang diributkan di belakang permainan haram judi online itu mencoba melalui Kongres Projo membawa Projo menjadi gerbong Gerindra,” katanya.
Langkah tersebut, menurut Rizal, terlihat dari pujian terhadap Prabowo Subianto yang digaungkan dalam kongres tersebut.
“Merapat dengan memulai memuji Prabowo dan teriakan peserta Kongres Prabowo di hati rakyat. Budi sendiri berniat bergabung ke Gerindra dan meminta izin kepada Kongres yang dihadiri Sufmi Dasco tersebut,” sebutnya.
Rizal menilai bahwa masyarakat tidak terlalu peduli dengan arah politik Budi Arie maupun Projo, namun tetap mencermati dinamika yang terjadi.
“Masyarakat hanya tersenyum saja bahwa Gerindra kok menjadi seperti tempat sampah. Budi Arie bukan barang bagus, judi harus dibuang ke tempat sampah meski secara online,” ujarnya.
Ia bahkan menyebut langkah politik Budi Arie sebagai lompatan kodok yang mencerminkan budaya politik pragmatis dan tidak sehat di Indonesia.
“Lompatan kodok Budi Arie menjadi cermin dari budaya politik pragmatik dan busuk di Indonesia,” tegas Rizal.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

