Breaking Posts

-->
6/trending/recent

Hot Widget

-->
Type Here to Get Search Results !

Whoosh Menambah Beban Utang RI dan Dibandingkan dengan Kereta Cepat Saudi, Apa Implikasinya bagi Tiongkok?

 

Repelita Jakarta - Proyek kereta cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh kembali menjadi sorotan tajam publik, menyusul lonjakan biaya yang signifikan dan perbandingan langsung dengan proyek kereta cepat Arab Saudi.

Biaya pembangunan Whoosh yang kini mencapai Rp120,7 triliun memicu kekhawatiran luas, terutama karena sebagian besar pendanaannya berasal dari pinjaman luar negeri, termasuk dari Tiongkok.

Di tengah tekanan fiskal, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa pemerintah tidak akan menanggung utang yang menjadi tanggung jawab badan usaha milik negara (BUMN), menolak keras penggunaan dana APBN untuk menutup kewajiban tersebut.

“Utang itu milik BUMN, bukan milik negara. Kami tidak akan menggunakan APBN untuk menutupinya,” ujar Purbaya dalam pernyataan resmi pada 24 Oktober 2025.

Pernyataan tersebut mempertegas sikap pemerintah di tengah sorotan publik yang membandingkan proyek Whoosh dengan Saudi Land Bridge, kereta cepat Arab Saudi yang akan menghubungkan Jeddah dan Dammam melalui Riyadh sepanjang 1.500 kilometer.

Proyek Saudi tersebut hanya menelan biaya sekitar USD 7 miliar atau setara Rp116,2 triliun, berdasarkan kurs Rp16.600 per dolar AS, jauh lebih murah dibandingkan Whoosh yang hanya memiliki panjang 142 kilometer namun menghabiskan dana USD 7,27 miliar atau sekitar Rp120,7 triliun.

Perbedaan mencolok ini memunculkan dugaan ketidakefisienan dan potensi pembengkakan biaya dalam proyek nasional yang digadang-gadang sebagai simbol modernisasi transportasi Indonesia.

Sejumlah ekonom menilai bahwa keputusan pemerintah untuk tidak menanggung utang BUMN merupakan langkah disiplin fiskal yang penting, namun juga membuka pertanyaan besar mengenai siapa yang akan menanggung risiko apabila proyek tidak memberikan hasil sesuai harapan.

Di sisi lain, proyek Whoosh merupakan bagian dari inisiatif Belt and Road Initiative (BRI) yang digagas oleh Tiongkok, dan menjadi salah satu contoh kerja sama infrastruktur antara Tiongkok dan negara-negara ASEAN.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Guo Jiakun, dalam pernyataan pada 24 Oktober 2025 menegaskan bahwa proyek seperti Whoosh dan China–Laos Railway adalah bukti nyata keberhasilan kolaborasi dalam meningkatkan konektivitas kawasan.

“China dan ASEAN memiliki visi bersama dan kepentingan yang saling mendukung. Proyek seperti jalur kereta cepat Jakarta–Bandung telah memperkuat integrasi ekonomi dan mendorong pertumbuhan di sepanjang rutenya,” ujar Guo melalui laman resmi kementerian.

Namun, sorotan terhadap beban utang dan efisiensi proyek Whoosh kini menjadi ujian nyata bagi prospek kerja sama ekonomi Tiongkok di Asia Tenggara, khususnya di sektor strategis seperti infrastruktur transportasi.

Di tengah upaya Tiongkok membangun ‘komunitas dengan masa depan bersama’, proyek ini menjadi barometer kepercayaan publik terhadap investasi asing dan efektivitas kemitraan bilateral.

Apakah proyek Whoosh akan menjadi simbol keberhasilan modernisasi atau justru menjadi pelajaran mahal dari kerja sama ekonomi yang timpang, masih menjadi pertanyaan besar yang belum terjawab.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

-->

Below Post Ad

-->

Ads Bottom

-->
Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved