Repelita Tarakan - Langit mendung menyelimuti Kota Tarakan pada Senin, 27 Oktober 2025, namun suasana di aula Universitas Borneo Tarakan justru dipenuhi gelak tawa dan tepuk tangan mahasiswa.
Di atas panggung, Rocky Gerung tampil sebagai pembicara dalam kuliah umum bertema “Etika Berpikir dalam Demokrasi”, yang turut dihadiri anggota Komisi VI DPR RI dari PDI Perjuangan, Deddy Sitorus.
Saat sesi tanya jawab berlangsung, seorang mahasiswa mengangkat isu kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, dan suasana akademis pun berubah menjadi penuh sindiran tajam.
Rocky menyebut nama Purbaya dengan gaya satir, “Purbaya itu artinya pura-pura banyak gaya, seorang menteri keuangan yang sekarang sedang naik daun,” ucapnya disambut tawa peserta.
Ia menilai bahwa publik saat ini terlalu mudah terpesona oleh citra media, sehingga substansi kebijakan sering kali terabaikan.
Menurut Rocky, Purbaya menjadi semacam tokoh populer karena gaya komunikasi yang berani dan ceplas-ceplos, bukan karena kedalaman kebijakan yang dijalankan.
Rocky kemudian menyoroti kebijakan penempatan dana Rp200 triliun ke bank-bank milik negara yang dinilai penuh risiko dan minim kajian mendalam.
Ia menyebut bahwa dana sebesar itu diguyurkan ke bank negara yang dianggap kekurangan imunitas, namun tidak ada analisis menyeluruh mengenai kondisi perbankan nasional.
“Rp200 triliun diguyurkan ke bank-bank negara, artinya bank negara kekurangan imunitas, masih menjadi busur, diguyur,” ujar Rocky yang membuat sebagian mahasiswa terdiam.
Ia mempertanyakan apakah benar bank-bank tersebut kekurangan imunitas, atau justru dana tersebut hanya menganggur di sistem perbankan tanpa menggerakkan daya beli masyarakat.
Menurut Rocky, kebijakan itu hanya membuat bank sibuk menghitung bunga, sementara rakyat tetap kesulitan memenuhi kebutuhan dasar.
Dengan nada sinis, Rocky menyimpulkan bahwa kebijakan tersebut lebih bertujuan menciptakan sensasi daripada membangun kerangka ekonomi yang kokoh.
“Menurut saya, Purbaya tidak ada pikiran komprehensif karena hanya mau mencari sensasi saja,” tegasnya.
Rocky juga menyinggung klaim Purbaya yang menyatakan akan menjalankan kebijakan ekonomi berbasis Sumitronomics, ideologi ekonomi yang digagas Presiden Prabowo Subianto.
Namun menurut Rocky, jargon tersebut tidak akan berarti jika tidak disertai strategi nyata dan pemikiran mendalam untuk memperkuat ekonomi rakyat.
“Itu pentingnya mahasiswa juga baca dengan bagus. Purbaya mengklaim dia akan menjalankan Sumitronomics karena itu ada ideologi ekonomi dari Presiden Prabowo,” tutup Rocky.
Pernyataan Rocky tersebut langsung menjadi sorotan publik dan viral di media sosial, memicu diskusi tentang logika kebijakan fiskal dan gaya komunikasi pejabat publik.
Di tengah kritik tersebut, publik menanti apakah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa akan memberikan tanggapan resmi atau memilih membiarkan kritik itu sebagai bagian dari kebebasan berpikir.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

