
Repelita Bandung - Salah satu proyek transportasi yang masuk dalam daftar prioritas pembangunan Jawa Barat periode 2025 hingga 2045 diperkirakan akan menjadi proyek infrastruktur termahal di Indonesia.
Proyek ini dirancang sebagai jalur transportasi berbasis rel yang akan membentang sepanjang kurang lebih 650 kilometer, hampir tiga kali lipat dari panjang Tol Gedebage-Cilacap atau Getaci.
Sebagai perbandingan, pembangunan Tol Getaci yang direncanakan sepanjang 206,65 kilometer membutuhkan dana sekitar Rp 56 triliun, menjadikannya sebagai ruas tol terpanjang dan salah satu yang paling mahal di Indonesia.
Namun, nilai investasi untuk proyek rel ini diperkirakan mencapai hampir sepuluh kali lipat dari biaya pembangunan Tol Getaci.
Rencana pembangunan jalur kereta cepat ini sebenarnya telah tercantum dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 296 Tahun 2020 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional.
Meski telah dirancang sejak era Presiden Joko Widodo, proyek ini belum terealisasi hingga masa pemerintahannya berakhir.
Kabar terbaru datang dari Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono, yang menyampaikan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah memberikan persetujuan terhadap proyek tersebut.
Pernyataan tersebut disampaikan AHY dalam forum Indonesia Railway Conference 2025 yang berlangsung di Kemayoran, Jakarta pada Juli 2025.
Presiden disebut telah memberikan instruksi tegas untuk membuka jalan bagi realisasi proyek ini.
Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi menegaskan bahwa pemerintah tidak akan menggunakan dana APBN untuk membiayai proyek tersebut.
Sebaliknya, pembiayaan akan sepenuhnya diserahkan kepada pihak swasta melalui skema investasi murni.
Dalam media briefing yang digelar di Jakarta pada 9 Juli 2025, Dudy menyampaikan bahwa pemerintah memiliki keinginan untuk memperpanjang jalur kereta cepat dari Bandung menuju Surabaya.
Namun, ia menekankan bahwa pembiayaan proyek tersebut harus berasal dari sumber non-APBN.
Penegasan ini sekaligus menjadi langkah antisipatif terhadap polemik utang yang muncul dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh.
Proyek Whoosh yang diresmikan pada 2 Oktober 2023 semula dijanjikan tidak akan melibatkan APBN, namun belakangan diketahui memiliki utang mencapai Rp 54 triliun.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa bahkan menolak penggunaan APBN untuk menutup utang proyek tersebut.
Laporan keuangan PT KAI menunjukkan bahwa PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), sebagai pemegang saham Indonesia dalam konsorsium KCIC, mengalami kerugian sebesar Rp 4,19 triliun sepanjang tahun 2024.
Pada semester pertama 2025, PSBI kembali mencatatkan kerugian sebesar Rp 1,62 triliun berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2025.
Direktur Utama PT KAI Bobby Rasyidin dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI menyebut bahwa proyek Whoosh menjadi bom waktu bagi perusahaan.
Ia menyatakan bahwa pihaknya tengah berkoordinasi dengan BPI Danantara untuk menyelesaikan persoalan utang tersebut.
Melihat pengalaman dari proyek sebelumnya, pemerintah kini lebih berhati-hati dalam merancang proyek Kereta Cepat Bandung-Surabaya.
Dengan panjang jalur mencapai 650 kilometer, proyek ini memiliki skala hampir 4,5 kali lipat dari jalur Jakarta-Bandung yang hanya 142 kilometer.
Estimasi biaya pembangunan per kilometer mencapai Rp 766 miliar, sehingga total investasi yang dibutuhkan diperkirakan mencapai Rp 566,48 triliun.
Jumlah tersebut menjadikan proyek ini sebagai yang paling mahal di Indonesia saat ini, bahkan melampaui biaya pembangunan Ibu Kota Nusantara yang diperkirakan sebesar Rp 466 triliun.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

