
Repelita Jakarta - Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok untuk Indonesia, Wang Lutong, menyampaikan bahwa langkah pemerintah Indonesia untuk melakukan negosiasi ulang terhadap struktur utang proyek Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) merupakan hal yang wajar mengingat besarnya skala proyek tersebut.
Menurut Wang, proyek transportasi cepat bernama Whoosh membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mencapai titik impas secara finansial. Ia menegaskan bahwa dalam proyek infrastruktur sebesar ini, dinamika keuangan seperti restrukturisasi pinjaman adalah hal yang lumrah dan tidak perlu dianggap sebagai masalah serius.
Wang juga menyampaikan kebanggaan pemerintah Tiongkok terhadap kinerja operasional Whoosh yang telah melayani 12 juta penumpang sejak mulai beroperasi dua tahun lalu. Ia menilai bahwa proyek tersebut telah memberikan dampak ekonomi dan sosial yang signifikan bagi Indonesia.
Meski demikian, Wang mengakui bahwa masih terdapat sejumlah detail teknis yang sedang dibahas antara kedua pemerintah. Ia menolak untuk mengungkapkan isi pembahasan tersebut, namun menekankan bahwa komunikasi antara pemerintah Indonesia dan Tiongkok terus berjalan demi menjamin keberlanjutan dan keamanan proyek.
Wang menyatakan bahwa peningkatan jumlah penumpang menunjukkan tren positif dalam operasional Whoosh. Ia menolak menyebut adanya kesulitan keuangan dan menegaskan bahwa diskusi yang berlangsung saat ini lebih bersifat teknis dan administratif.
Pada hari yang sama, Chief Operating Officer Danantara Indonesia, Dony Oskaria, mengungkapkan bahwa proses negosiasi restrukturisasi utang KCIC masih berlangsung. Ia menyebutkan bahwa tim dari Danantara akan kembali dikirim untuk melakukan pembicaraan dengan pihak Tiongkok terkait sejumlah aspek pinjaman.
Dony menjelaskan bahwa poin-poin yang akan dibahas dalam negosiasi mencakup jangka waktu pelunasan, tingkat suku bunga, serta penggunaan beberapa mata uang dalam skema pembiayaan. Ia menekankan pentingnya fleksibilitas dalam menyusun ulang struktur utang agar proyek tetap berjalan optimal.
Sebelumnya, Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan bahwa Presiden Prabowo Subianto akan menerbitkan keputusan presiden sebagai bagian dari upaya penyelesaian utang KCIC. Total investasi proyek ini mencapai sekitar 7,27 miliar dolar AS, dengan 75 persen di antaranya berasal dari pinjaman China Development Bank yang dikenakan bunga sebesar dua persen per tahun.
Pemerintah Indonesia saat ini tengah mempertimbangkan dua opsi utama dalam penyelesaian utang tersebut, yakni pelimpahan kewajiban kepada negara atau penyertaan modal tambahan ke PT Kereta Api Indonesia. Meski demikian, pemerintah tetap mendorong agar Danantara memainkan peran utama dalam proses restrukturisasi.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

