
Repelita Jakarta - Pernyataan Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid yang menyebut kecerdasan buatan (AI) telah menciptakan 90 juta lapangan kerja baru mendapat tanggapan kritis dari pegiat media sosial Herwin Sudikta.
Dalam unggahan di akun X @bangherwin pada Minggu, 26 Oktober 2025, Herwin menyebut klaim tersebut terdengar berlebihan dan sarat dengan nuansa pencitraan politik.
Pernyataan seperti ini jelas dimaksudkan untuk membangun narasi keberhasilan pemerintah.
Herwin menjelaskan bahwa penciptaan lapangan kerja akibat perkembangan AI tidak bisa dikaitkan langsung dengan kebijakan pemerintah.
Terutama dalam konteks penciptaan lapangan kerja akibat perkembangan teknologi AI.
Tapi kalau kita bedah secara kritis, klaim semacam ini malah jadi problematik.
Menurut Herwin, teknologi AI yang kini mengubah pola kerja global merupakan hasil inovasi sektor swasta lintas negara, bukan program nasional.
AI dikembangkan oleh sektor swasta global — OpenAI, Google, Anthropic, Meta, Microsoft, dan ribuan startup. Tidak ada satupun dari mereka adalah lembaga pemerintah Indonesia.
Ia menilai bahwa menyebut keberhasilan AI sebagai capaian pemerintah Indonesia justru dapat menyesatkan publik.
Jadi ketika pemerintah mengklaim AI menciptakan 90 juta lapangan kerja baru, itu lebih merupakan efek eksternal dari tren global, bukan hasil kebijakan nasional.
Herwin juga menantang pemerintah untuk menunjukkan bukti konkret jika memang memiliki kontribusi langsung dalam mendorong adopsi AI di berbagai sektor.
Kalau pun pemerintah ingin diakui berperan, mestinya mereka menjelaskan, apa kebijakan konkret yang mendukung adopsi AI di sektor industri atau UMKM?
Apakah ada insentif, pelatihan, infrastruktur data, atau regulasi yang mereka bangun untuk memfasilitasi ekosistem digital itu?
Ia menambahkan bahwa pengakuan keberhasilan seharusnya didukung dengan data dan ukuran capaian yang jelas.
Berapa kontribusi langsung pemerintah terhadap angka 90 juta itu, misalnya dari program pelatihan digital, sertifikasi, dana inovasi, dan sebagainya?
Herwin menyimpulkan bahwa tanpa kebijakan nyata, klaim tersebut hanya menempelkan diri pada tren global dan menunggangi popularitas AI.
Tanpa itu, klaim tersebut cuma menempelkan diri pada tren. Dalam arti kata ikut numpang popularitas AI untuk menunjukkan seolah-olah ada keberhasilan besar. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

