KPK Selidiki Dugaan Markup Proyek Whoosh, Mahfud Soroti Utang Membengkak dan Penolakan Tawaran Jepang dengan Bunga 0,1 Persen

Repelita Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengonfirmasi bahwa pihaknya tengah melakukan penyelidikan terhadap dugaan penggelembungan anggaran dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh.

Plt. Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK, Asep Guntur Rahayu, menyampaikan bahwa proses penyelidikan telah berjalan, meskipun belum dijelaskan secara rinci kapan tahapan tersebut dimulai.

Saat ini sudah pada tahap penyelidikan, ujar Asep kepada wartawan pada Senin, 27 Oktober 2025.

Ia menambahkan bahwa KPK biasanya menjalankan proses penyelidikan secara tertutup, sehingga belum banyak informasi yang bisa disampaikan ke publik.

Sebelumnya, dugaan markup dalam proyek Whoosh ramai dibicarakan di media sosial, terutama setelah mantan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Mahfud MD, mengangkat isu tersebut dalam tayangan di kanal YouTube Mahfud MD Official.

Mahfud menjelaskan bahwa proyek kereta cepat awalnya ditawarkan oleh Jepang dengan bunga pinjaman hanya 0,1 persen per tahun.

Namun, pemerintah saat itu membatalkan kerja sama dengan Jepang dan memilih China sebagai mitra, meskipun bunga pinjaman yang ditawarkan China mencapai 2 persen dan kemudian meningkat menjadi 3,4 persen.

Mahfud juga mengungkap bahwa Menteri Perhubungan saat itu, Ignasius Jonan, sempat menolak proyek tersebut karena dinilai tidak layak secara ekonomi.

Pak Jonan bilang tidak visibel, akhirnya malah dipecat, kata Mahfud.

Ia menambahkan bahwa beban utang proyek terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan bunga tahunan mencapai Rp2 triliun.

Sementara itu, pendapatan maksimal dari penjualan tiket kereta cepat diperkirakan hanya mencapai Rp1,5 triliun per tahun.

Perbandingan antara bunga utang dan pendapatan operasional tersebut memunculkan kekhawatiran publik terhadap keberlanjutan dan efisiensi proyek Whoosh.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga