Breaking Posts

-->
6/trending/recent

Hot Widget

-->
Type Here to Get Search Results !

Kenapa Penawaran Mahal Tetap Dipilih? Anthony Budiawan Soroti Bunga Utang Proyek Whoosh dan Dugaan Pemufakatan Jahat

 

Repelita Jakarta – Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan, menyampaikan dugaan adanya pemufakatan jahat dalam proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh.

Ia menyoroti perbedaan nilai penawaran antara Jepang dan China yang sejak awal menunjukkan ketimpangan signifikan.

Jepang disebut mengajukan nilai proyek sebesar 6,2 miliar dolar Amerika, sementara China menawarkan 5,5 miliar dolar Amerika yang kemudian meningkat menjadi 6,07 miliar dolar Amerika.

Selisih antara penawaran awal China dan Jepang mencapai 570 juta dolar Amerika, namun angka tersebut belum mencerminkan total biaya akhir proyek.

Anthony menjelaskan bahwa nilai proyek dari China sebesar 6,07 miliar dolar Amerika mengalami pembengkakan karena adanya cost overrun sebesar 1,2 miliar dolar Amerika, sehingga totalnya menjadi 7,27 miliar dolar Amerika.

Ia juga membandingkan skema bunga pinjaman antara Jepang dan China, di mana Jepang menawarkan bunga 0,1 persen per tahun, sedangkan China menetapkan bunga 2 persen per tahun untuk 75 persen dari nilai proyek.

Dalam hitungannya, 75 persen dari cost overrun sebesar 1,2 miliar dolar Amerika berarti 900 juta dolar Amerika yang dikenakan bunga 3,4 persen per tahun.

Anthony menyebut bahwa total kemahalan proyek selama masa konsesi, termasuk masa tenggang 10 tahun dan cicilan pokok selama 40 tahun, mencapai 4,5 miliar dolar Amerika atau sekitar Rp75 triliun.

Ia menduga bahwa pemilihan penawaran China yang lebih mahal merupakan bagian dari kesepakatan yang melanggar aturan dan merugikan negara.

“Kenapa kemahalan ini tetap dipilih? Ini yang saya katakan bahwa ada satu pemufakatan jahat di mana yang lebih mahal tetap dipilih dan ini merugikan negara totalnya Rp75 triliun,” ujar Anthony dalam siaran podcast Obrolan Waras di kanal YouTube Bambang Widjojanto pada 30 Oktober 2025.

Anthony juga menyoroti dugaan mark up anggaran dalam proyek tersebut, dengan menyebut bahwa nilai proyek China yang mencapai 6,07 miliar dolar Amerika jauh lebih tinggi dibandingkan proyek sejenis yang biasanya hanya sekitar 4 miliar dolar Amerika.

Ia memperkirakan ada mark up paling sedikit 2 miliar dolar Amerika dalam proyek Whoosh.

Lebih lanjut, Anthony mengungkap bahwa tim proyek diduga memanipulasi evaluasi pengadaan barang dengan cara memisahkan atau tidak memasukkan beberapa komponen biaya seperti bunga pinjaman ke dalam evaluasi proyek.

Bambang Widjojanto turut menyoroti dampak jangka panjang dari proyek ini terhadap keuangan negara.

Ia menyebut bahwa beban utang yang ditimbulkan bukan hanya dari jumlah nominal, tetapi juga dari periode pelunasan yang panjang dan melampaui masa pemerintahan beberapa presiden ke depan.

“Sebenarnya seluruh proses ini membebani keuangan negara, bukan hanya jumlah tapi periode yang melampaui beberapa kepala pemerintahan Indonesia ke depan,” kata Bambang dalam siaran yang sama.

Proyek Whoosh kini tercatat membuat negara terlilit utang hingga Rp116 triliun, dengan skema pembayaran yang tengah dinegosiasikan untuk diperpanjang dari 40 tahun menjadi 60 tahun.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

-->

Below Post Ad

-->

Ads Bottom

-->
Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved