Breaking Posts

-->
6/trending/recent

Hot Widget

-->
Type Here to Get Search Results !

[GEGER] Pengakuan Mengejutkan Jokowi Soal Proyek Whoosh, Saat Ditanya "Ide Siapa Dijawab: Ide Saya, Mas"

Repelita Jakarta - Sebuah pengakuan mencengangkan datang dari dua tokoh yang pernah berinteraksi langsung dengan Presiden Joko Widodo terkait proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh.

Wakil Ketua Umum Projo periode 2014–2019, Budianto Tarigan, dan pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio, sama-sama pernah menghadiri undangan ke Istana Negara untuk membahas proyek tersebut bersama Presiden Jokowi.

Dalam pertemuan yang diungkap Agus Pambagio melalui podcast Abraham Samad Speak Up di kanal YouTube @abrahamsamadspeakup yang tayang Minggu (27/10/2025), Presiden Jokowi secara terbuka mengakui bahwa ide pembangunan kereta cepat berasal darinya sendiri.

Agus menceritakan, dirinya dipanggil ke Istana karena kerap melontarkan kritik terhadap proyek yang dinilai tidak efisien secara ekonomi. Ia kemudian menanyakan langsung kepada Jokowi mengenai asal-usul ide proyek Whoosh tersebut.

Dalam dialog itu, Jokowi menjawab singkat, “Ide saya, Mas,” yang membuat Agus terkejut karena mengira proyek tersebut berasal dari inisiatif kementerian atau badan usaha milik negara.

Agus juga menuturkan bahwa Presiden Jokowi mengaku sempat memberikan proyek tersebut kepada Menteri Perhubungan Ignatius Jonan. Namun, Jonan menolak karena tidak sejalan dengan konsep pembangunan transportasi yang dianggap prioritas.

Akhirnya, proyek itu dialihkan kepada Menteri BUMN kala itu, Rini Soemarno, untuk diteruskan. Menurut pengakuan Jokowi, inspirasi pembangunan kereta cepat bermula ketika dirinya berada di Beijing dan diajak menjajal kereta cepat menuju Shanghai.

“Waktu itu saya di Beijing, saya diajak naik kereta itu ke Shanghai atau ke mana. Cepat sekali dan bagus. Xi Jinping nanya, ‘Bapak mau?’” ujar Jokowi sebagaimana diceritakan Agus.

Agus menilai keputusan berpindah dari kerja sama Jepang ke China adalah langkah yang tidak tepat karena bunga pinjaman meningkat tajam, dari 0,1 persen menjadi 2 persen. Ia juga membandingkan gaya kerja kedua negara, di mana Jepang lebih teliti dalam perencanaan, sementara China lebih mudah di awal namun menyulitkan di akhir proyek.

Sementara itu, Budianto Tarigan dalam podcast Forum Keadilan di kanal YouTube @forumkeadilanTV yang tayang Sabtu (25/10/2025) juga membagikan kisah pertemuannya dengan Jokowi di Istana.

Sebagai pimpinan Projo saat itu, Budianto bersama kelompok relawan lain mendapat kesempatan berdiskusi langsung dengan Presiden usai kemenangan Pilpres 2014. Dalam forum tersebut, Budianto mempertanyakan urgensi pembangunan kereta cepat mengingat akses antara Jakarta dan Bandung sudah terlayani moda transportasi lain.

Ia menilai proyek Whoosh belum mendesak karena perjalanan dengan mobil pribadi atau kereta Argo Parahyangan masih terjangkau waktu dua hingga tiga jam. Budianto juga menyinggung geliat ekonomi masyarakat kecil di sepanjang jalur tol yang dapat tumbuh karena aktivitas pengguna kendaraan pribadi.

Setelah forum resmi berakhir, Budianto mengaku kembali mendekati Jokowi saat sesi makan bersama untuk menanyakan hal yang sama. Menurutnya, Jokowi hanya menjawab singkat bahwa proyek itu merupakan program pribadi yang telah disepakati bersama “teman-teman”.

Budianto menduga “teman-teman” yang dimaksud bukan dari jajaran kabinet, sebab Menteri Perhubungan Jonan sendiri menolak proyek tersebut. Ia menduga Jokowi sudah terlanjur berkomitmen dengan pihak investor luar negeri.

Lebih lanjut, Jokowi meyakinkan bahwa proyek Whoosh tidak akan membebani anggaran negara karena menggunakan skema kerja sama Business-to-Business (B2B). “Tenang saja Mas, ini tidak memberatkan APBN. Konsepnya skemanya B2B, tidak pakai uang APBN,” kata Jokowi seperti dikisahkan Budianto.

Budianto pun tidak mendapatkan kesempatan lagi untuk menindaklanjuti pertanyaannya setelah pertemuan itu.

Sebagai latar belakang, proyek kereta cepat ini sejatinya telah digagas sejak masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2011 bersama Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA).

Jepang kala itu menawarkan pinjaman berbunga rendah 0,1 persen dengan tenor 40 tahun senilai 5 hingga 6,2 miliar dolar AS. Namun, pada 2015, pemerintahan Jokowi memilih beralih ke China yang menawarkan skema B2B dengan pinjaman 5 miliar dolar AS melalui China Development Bank, meskipun bunga pinjamannya mencapai 2 hingga 3,4 persen.

Pembangunan proyek Whoosh resmi dimulai pada Januari 2016 dan diresmikan oleh Presiden Jokowi pada 2 Oktober 2023.

Hingga pertengahan 2025, jumlah penumpang Whoosh tercatat antara 16 ribu hingga 18 ribu orang per hari pada hari kerja, dan naik menjadi 18 ribu hingga 22 ribu pada akhir pekan. Angka tersebut masih jauh di bawah target 31 ribu penumpang per hari.

Selain belum mencapai target operasional, proyek ini juga mengalami pembengkakan biaya sebesar 1,2 miliar dolar AS, sehingga total investasi meningkat menjadi 7,2 miliar dolar AS atau setara Rp116 triliun.

Sebagian besar pendanaan, yaitu sekitar 75 persen, berasal dari pinjaman China Development Bank. Sementara sisanya ditanggung konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang beranggotakan sejumlah BUMN dan Beijing Yawan HSR Co Ltd.

Namun, proyek yang menjadi kebanggaan pemerintahan Jokowi tersebut kini menimbulkan beban finansial berat bagi PT KAI (Persero) selaku pemimpin konsorsium PSBI, yang mencatat kerugian hingga Rp951,48 miliar per Juni 2025 akibat tekanan biaya operasional dan kewajiban pembayaran utang.

Kerugian tersebut menggambarkan bahwa proyek Whoosh tidak hanya menghadapi tantangan ekonomi dan efisiensi, tetapi juga membawa dampak serius terhadap kondisi keuangan BUMN sektor transportasi. (*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

-->

Below Post Ad

-->

Ads Bottom

-->
Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved