Repelita Jakarta - Sejumlah tokoh yang diundang berbicara tentang proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung atau Whoosh pernah diajak berdialog langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara.
Sosok tersebut antara lain Wakil Ketua Umum Projo periode 2014–2019 Budianto Tarigan yang mengaku mempertanyakan urgensi dan kelayakan ekonomi proyek itu saat pertemuan formal setelah Pilpres 2014.
Budianto mengatakan ia menyorot aspek manfaat bagi masyarakat lokal di koridor Jakarta Bandung dan potensi dampak pembebasan lahan serta distribusi keuntungan ekonomi yang selama ini menghidupi usaha kecil di sepanjang jalur perjalanan.
Dalam pertemuan santai di Istana yang berlanjut ke sesi makan, Budianto kembali menyampaikan keraguannya dan mempertanyakan apakah studi kelayakan dan perhitungan biaya manfaat telah dipastikan memadai.
Presiden, menurut Budianto, menjawab singkat bahwa proyek itu merupakan program dari dirinya dan sudah disepakati dengan pihak lain, sambil meyakinkan bahwa skema pembiayaan dirancang tanpa membebani APBN.
Pengakuan serupa datang dari pengamat kebijakan publik Agus Pambagio yang diundang ke Istana dan menuturkan pengalamannya dalam podcast Abraham Samad Speak Up yang tayang pada 27 Oktober 2025.
Agus menceritakan bahwa saat menanyakan asal gagasan Whoosh Presiden Jokowi menyatakan ide itu lahir dari pengalamannya sendiri ketika berada di Beijing dan melihat kereta cepat beroperasi.
Agus menilai perpindahan mitra dari Jepang ke China dan perubahan skim pembiayaan menyebabkan kenaikan bunga pinjaman yang signifikan sehingga menimbulkan pertanyaan tentang efisiensi ekonomi proyek.
Dalam penjelasannya Agus menyebut perbedaan karakter pembiayaan proyek antara Jepang yang ketat namun tuntas dan China yang cepat di tahap awal namun menyisakan kompleksitas di tahap akhir.
Kedua cerita dari Budianto dan Agus menegaskan ada pihak yang mengkritik dan ada pihak yang menolak konsep proyek sejak awal, termasuk Menteri Perhubungan pada waktu itu yang disebut tidak setuju dengan gagasan kereta cepat tersebut.
Peralihan mitra dan skema pembiayaan yang berujung pada pinjaman dengan suku bunga lebih tinggi kemudian memicu pembengkakan biaya proyek yang berkontribusi pada beban utang dan kerugian konsorsium pelaksana.
Hingga pertengahan 2025 kapasitas penumpang harian Whoosh masih berada di bawah target awal sehingga proyeksi pendapatan belum sepenuhnya menutupi biaya operasional dan kewajiban pengembalian utang.
Perdebatan publik tentang siapa penggagas, apakah manfaatnya cukup untuk masyarakat, dan bagaimana risiko finansial ditanggung terus mengemuka setelah pengakuan dan penuturan yang disiarkan pada 25 dan 27 Oktober 2025.
Isu tanggung jawab politik, transparansi keputusan investasi, dan dampak ekonomi lokal menjadi inti kritik yang disuarakan oleh para narasumber yang pernah berdialog langsung dengan Presiden di Istana Negara.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

