Soleman Ponto Tegaskan Intelijen TNI di Lokasi Kerusuhan Hanya Jalankan Tugas Pemantauan

 

Repelita Jakarta - Laksamana Muda TNI (Purn) Soleman B. Ponto menegaskan keberadaan intelijen TNI di lokasi kerusuhan bukan untuk terlibat dalam aksi, melainkan menjalankan tugas pemantauan dan pengumpulan informasi. Pernyataan ini disampaikan menyusul kabar adanya anggota BAIS TNI yang ditangkap polisi saat kerusuhan dan diduga sebagai bagian dari perusuh.

Menurut Soleman, anggota intelijen yang membawa kartu identitas resmi tidak mungkin sedang melaksanakan operasi penyamaran. Kehadiran mereka di lapangan menunjukkan bahwa tugas yang dijalankan adalah murni pemantauan, bukan provokasi. Ia menekankan bahwa jika benar mereka sedang bertugas untuk ikut aksi, maka membawa kartu resmi adalah hal yang mustahil dilakukan.

“Kalau dia ikut operasional enggak mungkin dia bawa kartu yang jelas seperti begitu. Sudah pasti semua palsu yang dibawa,” ujar Soleman dalam keterangan di kanal YouTube official iNews pada 4 September 2025. Ia menambahkan bahwa membawa kartu resmi justru menunjukkan kewajiban intelijen untuk mengetahui situasi yang sedang berlangsung di lapangan.

Soleman menilai kesalahpahaman publik mengenai keberadaan intelijen dapat memicu ketegangan. Ia memperingatkan adanya risiko salah tangkap terhadap mahasiswa atau warga sipil jika tidak ada penjelasan yang jelas terkait peran aparat di lapangan.

Dalam penjelasannya, Soleman juga menyampaikan bahwa fungsi intelijen mencakup pengumpulan data serta pertukaran informasi dengan kepolisian. Keberadaan mereka di lokasi kerusuhan adalah bagian dari kewajiban resmi untuk menjamin keamanan dan memantau perkembangan situasi.

Kasus penangkapan anggota intelijen ini menurutnya menunjukkan lemahnya koordinasi antar aparat. Ia menilai perlu ada pemisahan yang jelas antara aparat yang bertugas dengan massa perusuh yang sengaja memprovokasi agar tidak terjadi salah paham yang memperburuk keadaan.

Soleman menekankan pentingnya aparat dan masyarakat untuk tidak terjebak spekulasi yang beredar luas di media sosial. Fakta di lapangan harus dipisahkan dengan opini agar penyelesaian masalah tidak semakin ruwet. (*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga