Breaking Posts

-->
6/trending/recent

Hot Widget

-->
Type Here to Get Search Results !

Riza Chalid: Raja Tanpa Mahkota dan Jejak Empat Dekade di Dunia Bisnis dan Politik Indonesia


Repelita Jakarta - Nama Riza Chalid selalu muncul dalam berbagai isu besar di Indonesia, namun sosoknya nyaris tak tersentuh hukum.

Dari sektor migas hingga ranah politik, ia sering digambarkan sebagai “raja tanpa mahkota” yang mampu menembus lingkaran elit tanpa terlihat publik.

Julukan seorang netizen yang menyebut Riza Chalid lebih licin daripada ular di Taman Eden bukan sekadar metafora.

Riza berhasil menghindari sorotan aparat meski namanya terkait berbagai kasus besar, termasuk skandal “Papa Minta Saham” yang mengguncang panggung politik nasional.

Banyak tokoh lain jatuh karena kasus serupa, namun Riza selalu menemukan jalan keluar yang terbuka lebar.

Pengamat politik menilai kemampuan Riza membangun jejaring luas, dari bisnis energi hingga lingkaran partai besar, menjadi faktor utama kekuatannya.

Ia jarang tampil di muka publik, justru bekerja secara senyap, namun tetap memiliki pengaruh signifikan dalam percaturan kekuasaan.

Publik bertanya-tanya bagaimana seorang pengusaha yang namanya kerap muncul dalam kontroversi bisa tetap aman dan terlindungi.

Hal ini menegaskan bahwa Riza Chalid memang sosok “tak tersentuh”—lebih licin dari ular yang berhasil menggoda Hawa di Taman Eden.

Jika Indonesia ingin membangun tata kelola yang bersih, figur seperti Riza Chalid seharusnya tidak lagi diberi ruang bermain di balik bayangan.

Transparansi dan keberanian politik mutlak dibutuhkan agar publik tidak terus merasa dikhianati oleh permainan licin segelintir elit.

Sejak empat dekade lalu, Riza Chalid dikenal dekat dengan pentolan Cendana, Bambang Trihadmodjo.

Ia mengendalikan Pertamina Energy Trading Ltd (PETRAL), anak usaha PT Pertamina, dan menjadi dominan dalam bisnis tersebut, dijuluki sebagai penguasa abadi bisnis minyak di Indonesia.

Setelah rezim Suharto berakhir, Riza mendekat ke Cikeas dan kubu Yudhoyono, bermitra dengan Hatta Rajasa dari Partai Amanat Nasional.

Catatan Goerge Junus Aditjondro dalam Gurita Bisnis Cikeas menyebutkan Riza Chalid harus membayar premi kepada keluarga Cikeas sebesar 50 sen Dolar per barrel minyak, yang sempat membuat Dirut Pertamina saat itu, Karen Agustiawan, gerah dan mundur.

Nama Riza Chalid juga dikenal di luar negeri, disegani di Singapura karena kemampuan memenangkan tender besar melalui perusahaannya, Global Energy Resources, pemasok terbesar minyak mentah ke Pertamina Energy Services Ltd.

Setelah aturan lebih ketat, Global Energy digantikan perusahaan lain, Gold Manor, yang juga dikendalikan Riza Chalid.

Pada masa kepresidenan SBY, namanya bahkan tidak berani disebut secara terbuka, banyak orang hanya menyebutnya Tuan R.

Berulang kali bisnis PETRAL dikritik, namun pemerintah tidak mampu menghentikan dominasi bisnis minyak oleh Global Energy.

Pada pemilihan presiden lalu, Riza Chalid mendukung kubu Prabowo dan Golkar untuk menahan popularitas Jokowi.

Ia disebut mendanai berbagai media untuk mendiskreditkan duet Jokowi-JK, termasuk penerbitan Tabloid Obor Rakyat.

Riza juga mengeluarkan uang miliaran untuk membeli Rumah Polonia di Jakarta Timur, yang menjadi markas tim pemenangan Prabowo-Hatta.

Dalam rekaman kasus Papa Minta Saham, Riza menyebut juga menggelontorkan dana untuk kubu Jokowi-JK agar tetap memiliki akses ke pemerintahan, siapapun yang menang pemilu presiden.

Peran Riza Chalid semakin terkuak setelah Ketua DPR Setya Novanto meminta bertemu Presiden Direktur PT Freeport, Maroef Sjamsoeddin, yang kemudian menghadirkan Riza Chalid.

Karena khawatir pembicaraan bisa bermasalah, Maroef merekam pertemuan tersebut.

Setya Novanto menjanjikan perpanjangan kontrak PT Freeport dan meminta 20% saham anak perusahaan FreeportMcMoran di AS.

Bisnis PETRAL menjadi sorotan luas setelah Presiden Jokowi menugaskan Menteri ESDM Sudirman Said membentuk tim khusus untuk memotong bisnis gelap, membuat nama Riza Chalid makin sering diperbincangkan.

Majalah Tempo pernah mengulas bisnis Riza Chalid tahun 2008 dengan judul Jejak Licin Saudagar Minyak, saat itu belum banyak yang memahami peran dan pengaruhnya dalam bisnis dan politik Indonesia.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

-->

Below Post Ad

-->

Ads Bottom

-->
Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved