Repelita Jakarta - Mantan Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla, menegaskan bahwa gelombang demonstrasi yang terjadi akhir-akhir ini lebih banyak dipicu oleh persoalan dalam negeri daripada campur tangan asing.
JK menyampaikan bahwa kemungkinan adanya faktor dari luar tetap ada, tetapi tidak akan berdampak signifikan jika kondisi domestik tetap stabil.
"Saya kira bisa saja ada (pemicu dari luar), tapi lebih banyak disebabkan oleh masalah kita sendiri," ujar JK.
"Karena walaupun ada dari luar, kalau tidak ada situasi yang memicu (dari dalam), juga tidak terjadi," tambahnya.
Menurut JK, meningkatnya aksi protes di berbagai wilayah muncul akibat akumulasi masalah yang sudah lama terjadi, termasuk kesulitan ekonomi dan pernyataan kontroversial dari beberapa anggota DPR yang memicu kemarahan publik.
"Dari pihak rakyat itu banyak yang menganggur, banyak yang susah, kemudian, ngomongan lagi anggota DPR mengatakan tolol. Ini semua menyebabkan penyebab (demo)," kata JK, mengutip laporan dari Serambinews.com.
JK juga menyinggung insiden meninggalnya Affan Kurniawan, pengemudi ojek online yang dilindas kendaraan taktis Brimob, yang menurutnya memperburuk situasi di tengah masyarakat.
Meski demikian, JK mengimbau semua pihak, baik masyarakat maupun pejabat negara, untuk menahan diri agar situasi tidak semakin memanas.
“Tentunya bagi para pejabat, para anggota DPR untuk menahan diri. Menjadi pelajaran yang besar ini,” ujar JK.
“Jangan bicara asal dan jangan menghina masyarakat juga. Ini semua yang menjadi penyebab masalah,” tambahnya.
Dia menekankan pentingnya peran DPR dan pemerintah dalam menjaga stabilitas sosial dengan mendengarkan suara masyarakat dan menanggapi keluhan secara bijak.
JK mendorong agar aparat kepolisian yang terbukti melakukan pelanggaran saat pengamanan aksi, termasuk kasus penabrakan pengemudi ojol, diberikan sanksi setimpal.
“Mudah-mudahan ini dapat kita selesaikan dengan baik dan kehidupan normal lagi,” ungkap JK.
Mantan Wakil Presiden ini juga mengingatkan masyarakat untuk menjaga situasi tetap aman agar tidak mengganggu aktivitas ekonomi.
Menurut JK, gejolak yang terus-menerus akan berpotensi membahayakan kehidupan dan menimbulkan masalah pada pendapatan.
“Jika kota bergejolak seperti ini, maka kehidupan ekonomi akan berhenti. Ini bisa berakibat panjang,” jelasnya.
Profil JK atau Muhammad Jusuf Kalla dikenal luas sebagai tokoh nasional yang berkiprah di dunia bisnis dan politik, serta pernah menjabat dua kali sebagai Wakil Presiden Indonesia.
JK pertama kali mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada periode 2004-2009, kemudian bersama Presiden Joko Widodo pada periode 2014-2019.
Pria kelahiran Watampone, Sulawesi Selatan, pada 15 Mei 1942 ini merupakan anak kedua dari tujuh belas bersaudara dalam keluarga Haji Kalla dan Athirah.
Ayahnya adalah pengusaha ternama di Makassar yang dikenal luas di daerah tersebut.
JK menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Makassar, dan lulus pada tahun 1967.
Setelah lulus, ia menikahi Mufidah dan dikaruniai lima anak, terdiri dari empat perempuan dan satu laki-laki.
Pada 1977, JK melanjutkan pendidikan ke The European Institute of Business Administration di Prancis.
Setibanya di Indonesia, ia melanjutkan kiprah di perusahaan keluarga, NV Hadji Kalla, yang dikembangkan menjadi Kalla Group, salah satu konglomerat terbesar di Indonesia Timur.
Karier politik JK dimulai sebagai anggota DPRD Sulawesi Selatan pada 1965-1968, kemudian menjadi anggota MPR dari 1982 hingga 1999.
Pasca reformasi 1998, JK masuk ke kabinet Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan, kemudian bergabung dalam kabinet Presiden Megawati sebelum akhirnya terpilih menjadi Wakil Presiden dua kali.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

