
Repelita Yogyakarta - Pengamat teknologi informasi dari Universitas Gadjah Mada, Josua Sinambela, menanggapi klaim Ferry Irwandi yang mengaku mengungkap dalang di balik demonstrasi yang berujung ricuh akhir Agustus 2025.
Josua menyarankan agar publik berhati-hati menerima narasi yang disampaikan FI tanpa melalui proses verifikasi yang matang.
Ia menilai metode dan kesimpulan yang dipaparkan Ferry bersifat prematur dan sarat asumsi.
“Saya tergelitik menanggapi seorang selebriti internet berinisial FI atau Ferry Irwandi," ujar Josua kepada wartawan, Kamis, 11 September 2025.
"Dia merasa bak pahlawan seolah membongkar dalang di balik demo bubarkan DPR tanggal 25 Agustus lalu," tambahnya.
Josua menyebut dalam video monolog Ferry, yang bersangkutan seolah melakukan hal besar dengan memberikan informasi kepada pihak intelijen.
"Bahkan dia menyebut beberapa akun-akun yang dicurigainya sebagai dalang Demo dan Kerusuhan akhir Agustus 2025 lalu," jelasnya.
Ia juga menyoroti penampilan Ferry dalam acara Rakyat Bersuara yang dipandu Aiman Wicaksono, di mana ia mengklaim memiliki kemampuan OSINT dengan modal laptop saja.
Setelah melakukan verifikasi ke akun-akun yang disebut, Josua menyatakan yang terlihat hanyalah asumsi tanpa bukti kuat.
"Setelah saya verifikasi dan klarifikasi ke akun-akun yang disebut, ternyata cuma asumsi-asumsi belaka, tidak ada bukti sama sekali jika keempat akun tersebut menjadi dalang kericuhan. Jadi saya sangat meragukan kemampuan selebriti ini terkait OSINT dan analisa data medsos," ungkapnya.
Ia menegaskan teknik yang dipraktikkan FI bukan OSINT komprehensif, melainkan sekadar pencarian postingan berdasarkan hashtag dan waktu, yang mudah menimbulkan cocoklogi.
“Teknik OSINT yang disebut selebriti ini bukanlah teknik OSINT yang sesungguhnya secara komprehensif menggambarkan kejadian sebenarnya," terangnya.
Josua menambahkan, Ferry keliru menuduh empat akun tertentu sebagai pihak pertama yang menyerukan demo membubarkan DPR.
"Dia justru hanya menyampaikan asumsi prematur dan menghubungkan beberapa postingan yang kebetulan dirasa cocok (cocoklogi)," jelasnya.
Lebih jauh, ia menyoroti kesalahan dalam transkripsi percakapan video antara anggota Brimob dan anggota TNI yang dijadikan bukti.
"(Ferry) memberikan analisa dan pendapat yang terlalu prematur dan tidak menunjukkan hasil analisa yang benar," sesalnya.
Kesalahan transkripsi seperti itu, menurut Josua, dapat langsung dikenali oleh praktisi forensik multimedia dan audio.
“Selebriti ini juga melakukan kekeliruan atau confirmation bias terhadap percakapan di video antara anggota Brimob yang menangkap salah satu anggota TNI. Kesalahan fatal saat melakukan transkrip percakapan ini terasa jelas bagi kami yang terbiasa melakukan multimedia/audio forensic," tandasnya.
Josua menekankan publik tidak boleh langsung mempercayai klaim founder Malaka tersebut dan harus melakukan cek silang sendiri terhadap akun-akun yang dituduh.
“Jadi bisa dipastikan penelitian atau analisa selebriti ini tentang OSINT dan Analytic Media Social diragukan kebenarannya. Jangan mudah percaya begitu saja. Silahkan kroscek sendiri akun-akun yang dituduh," pungkasnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

