Breaking Posts

-->
6/trending/recent

Hot Widget

-->
Type Here to Get Search Results !

Gas Air Mata Masuk Kampus Bandung, Alasan Terbawa Angin Dinilai Sulit Dibuktikan Secara Fisika

48 Gas Air Mata Hantam Kampus di Bandung, 12 Mahasiswa Pingsan

Repelita Bandung - Kerusuhan terjadi di kawasan Tamansari, Bandung, Jawa Barat, pada Senin malam, 1 September 2025, hingga memicu penyebaran gas air mata ke area Universitas Islam Bandung (Unisba) dan Universitas Pasundan (Unpas).

Pihak Unisba membantah kampusnya menjadi sasaran aparat. Namun peristiwa tersebut memunculkan kekhawatiran publik terkait keselamatan mahasiswa, staf, dan warga di lingkungan kampus.

Polda Jawa Barat menyebut gas air mata masuk ke area kampus karena terbawa angin. Pernyataan ini kemudian menuai sorotan dan perdebatan di ruang publik.

Ferry Irwandi, Founder Malaka, menilai aparat TNI-Polri melakukan pengamanan terhadap kelompok perusuh yang melempar molotov dan mencoba mencari perlindungan di area kampus. Namun ia menegaskan bahwa alasan angin sebagai faktor penyebab gas masuk ke kampus sulit dibuktikan secara fisika.

Ia menjelaskan berdasarkan data kecepatan angin di Bandung pada saat kejadian, partikel gas air mata terlalu berat untuk diterbangkan sejauh itu hanya oleh hembusan angin. Posisi Unisba yang berada di timur-utara, menurutnya, semakin memperkuat dugaan bahwa gas air mata memasuki kampus karena tembakan aparat.

“Sedangkan posisi Unisba itu ada di timur-utara. Supaya diingat, peluru gas air mata di Indonesia kalau kita lihat data pengadaannya dari Polri, harusnya diameter 38, tapi beberapa sampai 44 atau 45,” ujarnya dalam pernyataan yang disampaikan melalui kanal Youtube iNews.

Ferry menambahkan, partikel gas air mata terlalu berat untuk diterbangkan oleh angin dengan kecepatan rendah. Karena itu, menurutnya, klaim bahwa gas air mata masuk ke kampus akibat faktor angin sulit diterima secara logis.

Rekaman video juga memperlihatkan gas air mata benar-benar memasuki area kampus. Bukti ini memperkuat dugaan bahwa tembakan aparat menjadi penyebab utama, bukan sekadar kondisi lingkungan.

Ferry menegaskan perlunya evaluasi serius atas penggunaan gas air mata di kawasan pendidikan. Menurutnya, keselamatan mahasiswa, dosen, pekerja, serta tim medis di kampus harus menjadi pertimbangan utama sebelum aparat melakukan tindakan serupa.

Ia juga mengingatkan bahwa fokus masyarakat sebaiknya diarahkan pada langkah perlindungan warga dan mahasiswa agar tidak menjadi korban. Bukan sekadar mencari siapa dalang kerusuhan tanpa mempertimbangkan dampak nyata di lapangan.

Tindakan menembakkan gas air mata di area kampus dinilai sangat berisiko karena lingkungan tersebut masih dipenuhi aktivitas belajar, tenaga pengajar, pekerja, hingga fasilitas kesehatan darurat. Dalam kasus ini bahkan dilaporkan adanya korban jiwa, yaitu Sumari, warga berusia 60 tahun.

“Sumari, 60 tahun, meninggal karena gas air mata. Itu tindakan pengamanan memang perlu dilakukan. Tapi menembakkan gas air mata di mana masih ada dosen, pekerja, posko medis, dan mahasiswa, apakah itu bisa dibenarkan?” tegas Ferry Irwandi.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

-->

Below Post Ad

-->

Ads Bottom

-->
Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved