Repelita Jakarta - Presiden Prabowo Subianto diduga terlambat mengetahui gelombang demonstrasi yang pecah pada akhir Agustus 2025 hingga berujung ricuh dan merenggut korban jiwa.
Seorang pengemudi ojek online bernama Affan Kurniawan tewas setelah dilindas kendaraan taktis milik Brigade Mobil saat aparat membubarkan massa di kawasan Jalan Pejompongan, Jakarta Pusat, pada Kamis malam, 28 Agustus 2025.
Dua pejabat di lingkungan Istana mengungkap adanya upaya mengisolasi Presiden dari peristiwa sebenarnya. Menurut mereka, sebelum Affan meninggal dunia, Prabowo hanya menerima laporan dari Badan Intelijen Negara yang menyebut unjuk rasa sejak 25 Agustus 2025 berlangsung aman.
Keterangan yang tidak sesuai kondisi lapangan itu membuat Prabowo marah kepada Kepala BIN, Muhammad Herindra. Teguran keras disampaikan langsung dalam pertemuan di Istana Negara pada Ahad, 31 Agustus 2025. Dalam momen itu, Prabowo juga menyinggung soal kenaikan pangkat Herindra. Namun Herindra membantah tudingan tersebut dan menegaskan melalui pesan singkat pada Jumat, 5 September 2025, bahwa kabar itu tidak benar dengan mengatakan, "Salah."
Selain laporan intelijen yang meleset, sumber pemerintah menyebut informasi dihambat oleh lingkaran dalam Presiden. Mereka kompak menahan detail situasi yang berkembang. Akibatnya, Prabowo baru mengetahui kematian Affan serta kemarahan massa pada Jumat pagi, 29 Agustus 2025, atau sehari setelah kejadian.
Peristiwa ini membuat Presiden panik karena gelombang demonstrasi sudah meluas ke berbagai kota di Indonesia. Situasi menegangkan itu kemudian menjadi sorotan luas dan menambah tekanan politik terhadap pemerintah.
Laporan lengkap mengenai upaya isolasi informasi di Istana dibahas dalam majalah Tempo edisi 7 September 2025. Laporan itu juga menguraikan alasan Presiden Prabowo tidak jadi memberhentikan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo meski sempat dipertimbangkan. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

