Repelita Jakarta - Dr. KRMT Roy Suryo menyampaikan pernyataan terbuka kepada redaksi terkait tayangan investigasi KompasTV tentang Desa KKN JkW dan sosok Pak Kasmudjo yang sempat menuai perhatian publik.
Menurutnya, KompasTV akhirnya melakukan koreksi melalui penayangan ulang yang lebih jujur dan terbuka, setelah sebelumnya mengudara dengan episode bertajuk “Live - Eksklusif! Penelusuran Desa KKN JkW | Dipo Investigasi” berdurasi 59 menit 30 detik.
Roy Suryo menyebut koreksi tayangan episode ke-31 program Investigasi yang dipandu Dipo Nurbahagia sebagai langkah yang patut diapresiasi, meskipun sebelumnya diserbu komentar publik yang menyebut tayangan itu seperti “liputan sandiwara”.
Ia menyoroti kemunculan sosok Sukarno, yang disebut anak dari almarhum Kepala Desa Ketoyan, Jenthu.
Dalam liputan sebelumnya, Sukarno dianggap terlalu rinci menjelaskan peristiwa tahun 1985 termasuk soal jatuhnya lampu Petromax, meski menurut Dirtipidum Bareskrim peristiwa tersebut terjadi tahun 1983.
Roy menilai pengakuan Sukarno tidak masuk akal, mengingat saat itu desa belum dialiri listrik dan keberadaan gitar listrik makin memperbesar kejanggalan narasi.
Ia juga menyinggung testimoni Pak Muhuri yang mengantar “pria gondrong” sejauh lebih dari 51 km untuk membeli gitar listrik.
Setelah tayangan itu, Sukarno sempat terekam kamera berada di rumah JkW di Solo, yang menimbulkan kecurigaan publik.
Netizen pun melontarkan komentar seperti, “... pantas dia TerMul, bisa bercerita dengan sangat detail soal tragedi Lampu Petromax yang membagongkan di desa tanpa listrik yang mau ada pentas pakai Gitar Listrik itu ...”.
Dalam revisi tayangan yang diberi judul “Eksklusif! Fakta dibalik Penelusuran Desa KKN JkW di desa Ketoyan | Sini Gue Kasih Tau” dengan durasi 26 menit 47 detik, Roy Suryo menilai pendekatannya lebih jujur dan objektif.
Pada menit ke-15 detik ke-5, Sekdes Ketoyan Taufan Bangkit mengakui tidak adanya catatan KKN UGM tahun 1985 di arsip desa.
Alasannya karena kantor kepala desa berpindah beberapa kali, meski anehnya catatan KKN tahun lain tetap ada.
Rekaman juga menunjukkan Keasang terlihat di rumah JkW saat Dipo mencoba melakukan konfirmasi, meski disebut tidak ada di tempat.
Poin penting lain menurut Roy adalah pengakuan Dipo Nurbahagia sendiri pada menit ke-19 detik ke-43 bahwa Pak Kasmudjo bukan dosen pembimbing skripsi maupun akademik JkW.
Roy menilai pernyataan ini sekaligus membantah klaim yang selama ini beredar, termasuk dalam tayangan Balige Academy dan SentanaTV.
Ia menegaskan bahwa fakta-fakta tersebut menguatkan dugaan adanya penyalahgunaan kekuasaan dan upaya menutupi kebenaran soal rekam jejak akademik JkW.
Roy menyampaikan bahwa bahkan KompasTV tidak mendapat akses terhadap skripsi JkW karena kini disebut “disembunyikan” oleh UGM.
Ia menutup pernyataan dengan menyerukan agar masyarakat tidak berhenti menyuarakan keadilan, sambil menuliskan, “biarlah Gusti Allah SWT yang akan bertindak jika sudah waktunya”.
Roy pun mengajak publik terus bersuara dengan tagar #AdiliJokowi dan #MakzulkanFufufafa sebagai bentuk desakan terhadap elite kekuasaan yang dinilai telah menyimpang. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok.