Repelita Pekanbaru - Harapan Rahmad Ghaza Al Ghazali untuk menjadi taruna Akademi Militer kembali pupus setelah namanya yang berada di peringkat ke-22 seleksi daerah Pekanbaru diduga digeser oleh peserta lain yang berada di peringkat lebih rendah.
Kekecewaan Ghaza diungkapkan melalui akun media sosial pribadinya dan langsung menarik perhatian publik terkait transparansi seleksi taruna TNI.
Dalam unggahannya, Ghaza menyebut dirinya adalah calon taruna dengan nomor tes 031.25.CATAR.0165/P di Panselinda Riau.
Ia mengaku telah mengikuti seleksi sejak 2023 dan selalu gagal di tahap parade daerah.
Namun pada tahun ini, ia sempat masuk kuota pengiriman ke tingkat pusat.
Kejanggalan muncul saat ia mendapati dokumen internal yang menunjukkan namanya digantikan oleh peserta peringkat ke-26 atas nama Lukman Neidy Hidayat.
Dalam dokumen itu disebutkan pergantian dilakukan atas dasar “Atensi Kasal”.
Dokumen menyatakan bahwa nilai TKD, jasmani, dan kesehatan Lukman lebih tinggi dari Ghaza, namun surat tersebut belum ditandatangani.
Nama pejabat yang tercantum adalah Danrem 031/WB Brigjen TNI Sugiyono dan Kolonel Pnb Ferdinal Umar sebagai perwakilan Ketua Panselinda.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Muhammad Ali menyatakan belum menerima laporan resmi.
Ia mengatakan jika memang nilai peserta peringkat ke-26 lebih tinggi, maka layak untuk diloloskan.
"Nilai peringkat 26 lebih tinggi dari peringkat 22. Coba tanyakan panitia," ujar Ali.
Ia juga menegaskan tidak memiliki hubungan pribadi dengan Lukman dan tidak pernah memberi atensi khusus.
Kapuspen TNI Mayjen Kristomei Sianturi mengatakan pihaknya akan menyelidiki keabsahan dokumen tersebut.
Ia menekankan surat tanpa tanda tangan tidak bisa dijadikan acuan resmi.
Kristomei menyebut penting untuk mengetahui siapa pihak yang membuat dokumen itu.
Kasus Ghaza menambah deretan keluhan calon taruna yang mempertanyakan keadilan dalam seleksi.
Sejumlah aktivis pemuda dan pengamat militer mendorong audit independen terhadap sistem seleksi TNI.
Mereka menyoroti pentingnya menjaga proses rekrutmen agar bebas dari praktik titipan atau intervensi non-teknis.
Sebelumnya, seleksi taruna TNI juga pernah menjadi sorotan, seperti kasus Enzo Zenz Allie pada 2019 yang memicu perdebatan soal nilai ideologi dan psikologi peserta.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok.