Repelita Banyuwangi - Tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Rabu malam, 3 Juli 2025, memicu sorotan tajam terhadap ketidakteraturan dalam pendataan penumpang kapal.
Dari total 65 orang yang dilaporkan berada di dalam kapal, 53 penumpang dan 12 kru, ternyata sebagian tidak tercatat secara lengkap dalam manifest.
Hal ini menyulitkan proses evakuasi dan identifikasi korban yang masih berlangsung hingga saat ini.
Seorang mantan petugas loket Pelabuhan Ketapang, Febri (25), mengungkap penyebab utama ketidakakuratan data penumpang.
Ia menjelaskan bahwa selama tiga tahun bekerja di pelabuhan tersebut, ia menyaksikan banyak praktik tidak disiplin dalam pencatatan data.
Menurutnya, sebagian besar penumpang memilih menggunakan jasa calo ketimbang memesan tiket melalui aplikasi Ferizy karena dianggap lebih praktis.
Namun, calo sering kali hanya mencantumkan nama pendek tanpa NIK atau alamat.
Padahal, data tersebut dibutuhkan untuk asuransi dan keperluan resmi lainnya.
Ia juga menyoroti lemahnya verifikasi oleh petugas.
“Kendaraan pribadi yang membawa enam penumpang sering hanya menyebutkan tiga orang untuk menghindari pemeriksaan ketat,” ujarnya pada Sabtu, 5 Juli 2025.
Hal ini membuat banyak nama tidak muncul dalam daftar manifest resmi kapal.
Tak hanya itu, Febri menambahkan bahwa sejumlah kapal yang beroperasi di jalur Ketapang–Gilimanuk diduga tak layak berlayar.
Beberapa kekurangan pelampung, bermesin tua, dan menunjukkan tanda-tanda keausan yang mencolok.
Sebagian kapal juga bukan milik BUMN, melainkan perusahaan swasta yang diduga kurang diawasi secara ketat.
Ia menyebut adanya praktik kelebihan muatan yang kerap terjadi demi mengejar keuntungan lebih besar.
"Pengawasan dari Syahbandar dan ASDP masih lemah, dan ini berbahaya jika dibiarkan," kata Febri.
Tragedi ini menjadi cermin suram bagi pengelolaan transportasi laut di jalur sibuk Ketapang–Gilimanuk.
Pengetatan sistem tiket, verifikasi identitas, dan evaluasi menyeluruh terhadap kelayakan kapal menjadi tuntutan utama publik saat ini.
Hingga pencarian memasuki hari ketiga, 29 korban masih belum ditemukan.
Langkah cepat dan perbaikan sistem menjadi satu-satunya cara untuk mencegah tragedi serupa terulang. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok