Repelita Ankara - Sebuah kartun yang terbit di majalah satire LeMan memicu kemarahan publik Turki setelah dianggap menampilkan sosok Nabi Muhammad.
Kartun tersebut memperlihatkan dua figur bersayap melayang di atas kota yang dilanda perang.
Salah satu tokoh dalam gambar itu mengucapkan, “Assalamu’alaikum, saya Muhammed.”
Sosok lain membalas, “Assalamu’alaikum, saya Musa.”
Reaksi publik Turki langsung merebak.
Kartun tersebut dinilai melanggar prinsip Islam yang melarang penggambaran Nabi.
Empat staf redaksi LeMan ditangkap segera setelah kartun itu tayang.
Penangkapan mencakup kartunis, direktur, dan pemimpin redaksi.
Menteri Dalam Negeri Ali Yerlikaya mengutuk keras pemuatan gambar tersebut.
Ia menyebut tindakan itu sebagai perbuatan yang tidak tahu malu.
Yerlikaya juga membagikan video saat para staf ditangkap oleh aparat.
Aksi protes meledak di berbagai kota, terutama di Istanbul.
Pada Senin, 30 Juni 2025, ribuan orang mengepung kantor LeMan.
Teriakan massa memenuhi udara: “Gigi dibalas gigi, darah dibalas darah!”.
Polisi antihuru-hara membalas dengan peluru karet dan gas air mata.
Kementerian Kehakiman Turki telah membuka penyelidikan.
Menteri Kehakiman Yilmaz Tunç menyatakan bahwa kartun tersebut telah melukai keimanan masyarakat.
Ia menyebut karya itu berpotensi mengganggu perdamaian sosial.
Redaksi LeMan membantah semua tuduhan.
Mereka menegaskan tidak ada unsur penghinaan terhadap Nabi.
Menurut mereka, kartun itu bertujuan mengkritik penderitaan umat Muslim akibat agresi Israel.
Meski begitu, badai protes tak mereda.
Surat perintah penahanan tambahan telah dikeluarkan.
Pemimpin redaksi LeMan, Tuncay Akgün, kini berada di Paris.
Ia menyatakan bahwa karyanya telah sengaja disalahartikan.
Akgün juga membandingkan insiden ini dengan tragedi Charlie Hebdo di Prancis.
Ia menyebut situasi saat ini sangat mengkhawatirkan.
Di media sosial, debat berlangsung panas.
Sebagian menyerukan penghormatan terhadap simbol agama.
Sementara yang lain membela kebebasan berekspresi.
Ketegangan ini menempatkan Turki dalam dilema antara menjaga nilai agama dan melindungi ruang kritik dalam demokrasi.
Majalah LeMan kini berada di tengah pusaran konflik yang terus bergolak. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok.