Repelita Karawang - Pemerintah resmi memulai pembangunan ekosistem industri baterai listrik terintegrasi di kawasan Artha Industrial Hills, Karawang, Jawa Barat.
Proyek tersebut ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia pada Minggu.
Menurut Bahlil, pembangunan ekosistem ini akan menyerap sekitar 8.000 tenaga kerja langsung dan 35.000 tenaga kerja tidak langsung.
Ia menegaskan nilai investasinya mencapai sekitar Rp100 triliun.
"Ini bukan angka kecil," ujarnya dalam sambutan di lokasi acara.
Bahlil menyampaikan bahwa proyek ini memiliki potensi menciptakan efek berantai terhadap ekonomi hingga 40 miliar dolar AS per tahun.
Ia meminta agar seluruh elemen dalam hilirisasi baterai ini memberi keadilan pada pengusaha daerah, masyarakat lokal, dan pemerintah setempat.
Menurutnya, proyek ini tidak boleh hanya menguntungkan pemerintah pusat dan para investor.
"Untuk pengadaan makanan, BBM, kontraktor, saya minta melibatkan pengusaha daerah," tegas Bahlil kepada Li Chang Dong, perwakilan dari CATL.
Pabrik baterai yang dibangun akan memiliki kapasitas awal sebesar 6,9 GWh per tahun dan akan ditingkatkan menjadi 15 GWh pada fase kedua.
Produksi baterai ini diyakini mampu menekan impor BBM hingga 300.000 kiloliter per tahun.
Bahlil mengatakan bahwa target jangka panjang adalah mencapai 40 gigawatt seiring dengan pertumbuhan pasar baterai tenaga surya di Indonesia.
Proyek ini merupakan kerja sama antara PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), PT Industri Baterai Indonesia (IBC), dan Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd (CBL), anak usaha dari CATL. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok.
