Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Iran Tegaskan Diplomasi Telah Dihancurkan AS dan Israel, Balasan Militer Jadi Pilihan Realistis

 

Repelita Teheran - Menteri Luar Negeri Iran menegaskan bahwa jalur diplomasi dengan Amerika Serikat dan Israel telah hancur akibat serangkaian serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran.

Pernyataan itu disampaikan Abbas Araghchi sebagai respons atas desakan Inggris dan Uni Eropa agar Iran kembali ke meja perundingan.

Ia menyatakan Iran tidak pernah meninggalkan diplomasi, justru pihak Barat yang menghancurkannya.

Pekan lalu, kata Araghchi, Iran tengah bernegosiasi dengan AS saat Israel menghentikan proses itu dengan serangan.

Pekan ini, lanjutnya, Iran berdialog dengan Uni Eropa saat AS kembali melancarkan serangan.

Ia menilai sikap Barat yang meminta Iran untuk kembali ke diplomasi sebagai bentuk manipulasi narasi.

“Bagaimana kami bisa kembali ke sesuatu yang telah dihancurkan oleh mereka sendiri,” ujarnya melalui akun resmi X.

Araghchi menegaskan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk bicara diplomasi.

“Negara saya sedang berada di bawah serangan. Kami memiliki hak sah untuk mempertahankan diri,” tegasnya.

Ia juga menyebut bahwa serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional.

Pemerintah AS dan sekutunya, kata Araghchi, harus bertanggung jawab penuh atas konsekuensi dari tindakan agresif itu.

Serangan militer terhadap wilayah Iran disebutnya dilakukan secara kolusi dengan Israel yang ia sebut sebagai rezim genosida.

“Permusuhan Amerika terhadap rakyat Iran semakin nyata,” tegasnya.

Pakar hubungan internasional, Hassan Ahmadian, menyatakan bahwa sistem hukum internasional telah rusak akibat keterlibatan AS dalam serangan tersebut.

Ia menyoroti bahwa baik Israel maupun AS telah melanggar Piagam IAEA dan Piagam PBB.

“Tidak ada lagi aturan jika pelaku pelanggaran justru negara-negara besar,” katanya.

Menurut Ahmadian, Iran akan merespons serangan ini dengan menargetkan pangkalan militer AS di kawasan, namun dengan cara yang terkendali.

Ia menambahkan bahwa terdapat sekitar 50 pangkalan AS di sekitar Iran, yang dapat menjadi target balasan.

Kendati demikian, Iran disebut tetap memperhitungkan relasi dengan negara-negara Teluk.

“Jika kami diserang, kami akan balas ke sumber serangan,” tegasnya.

Sementara itu, analis kawasan dari Universitas Georgetown Qatar, Mehran Kamrava, menyebut respons Iran tidak bisa dihindari.

Menurutnya, Iran tidak akan tinggal diam dalam menghadapi agresi AS.

Ia mengutip seorang komandan Iran yang menyatakan bahwa 40.000 tentara AS di Timur Tengah merupakan 40.000 target potensial.

Kamrava memperkirakan respons Iran bisa saja terukur seperti pada serangan balasan usai pembunuhan Qassem Soleimani pada 2020.

Namun, ia menilai respons Iran kali ini tetap akan datang karena tekanan politik dari dalam negeri dan kehormatan nasional.

“Secara politis, Iran tidak mungkin hanya diam dan menerima kehendak Trump,” pungkasnya. (*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.net | All Right Reserved