Repelita Jakarta - Dokter sekaligus pegiat kesehatan masyarakat, dr. Tifauzia Tyassuma atau yang dikenal sebagai dr. Tifa, menyampaikan pernyataan tajam seputar respons publik terhadap kabar sakit yang dialami oleh mantan Presiden Jokowi.
Ia menyoroti persoalan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang menurutnya telah tertanam dalam begitu dalam.
Menurut dr. Tifa, tidak heran jika bahkan kondisi kesehatan seorang mantan kepala negara pun menuai keraguan dari sebagian kalangan.
“Astaghfirullahaladziim. Saking seringnya bohong, sampai sakit saja banyak orang tidak percaya,” tulisnya melalui akun X @DokterTifa pada 24 Juni 2025.
Ia mengaitkan ketidakpercayaan publik itu dengan sejumlah kontroversi yang melibatkan dugaan pemalsuan dokumen oleh pejabat negara.
Hal itu dinilainya membuat publik semakin sensitif terhadap segala bentuk informasi yang berasal dari pemerintah.
“Ini karena rakyat udah sensi banget sama pemalsuan," tambahnya.
Ia juga menyinggung adanya pertanyaan dari masyarakat yang menaruh curiga terhadap kebenaran kabar sakit Jokowi.
“Pertanyaan publik jadinya begini, jangan-jangan sakitnya juga palsu? Ampun-ampun,” lanjutnya.
Sementara itu, pernyataan resmi dari pihak Istana disampaikan oleh Kompol Syarif Fitriansyah yang merupakan ajudan Presiden ke-7 RI.
Ia menegaskan bahwa kondisi Jokowi tidak termasuk kategori penyakit yang serius.
"Beliau enggak ada ngerasain panas, enggak ada ngerasain gatal. Jadi, pure hanya alergi biasa. Autoimun juga, enggak," ujarnya kepada wartawan, kemarin.
Ketidakhadiran Jokowi dalam upacara Hari Lahir Pancasila di Gedung Pancasila, Jakarta, pada 2 Juni 2025 memicu kekhawatiran publik.
Syarif menyatakan bahwa absennya Jokowi disebabkan oleh gangguan alergi kulit yang muncul usai perjalanan ke Vatikan.
"Bapak saat ini sedang pemulihan dari alergi kulit pasca pulang dari Vatikan," ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa alergi tersebut kemungkinan besar dipicu oleh perubahan iklim antara Eropa dan Indonesia.
"Ya, mungkin cuaca ya, di Vatikan. Jadi, penyesuaian, lalu pulang ke Indonesia, beberapa hari setelah itu baru muncul alerginya," jelasnya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok