Repelita Jakarta – Dunia tengah berduka dengan kepergian Paus Fransiskus yang meninggalkan warisan besar dalam bidang perdamaian dan diplomasi internasional. Pemakaman beliau, yang berlangsung pada Sabtu, 26 April 2025, di Vatikan, dihadiri oleh banyak pemimpin dunia sebagai tanda penghormatan terakhir.
Upacara ini tidak hanya menjadi prosesi keagamaan, tetapi juga panggung diplomasi global yang penuh makna. Para pemimpin dunia hadir untuk memberikan penghormatan kepada sosok yang dikenal sebagai jembatan perdamaian.
Namun, di balik suasana khidmat, momen diplomasi juga mencuat. Salah satu yang menarik perhatian adalah pertemuan singkat antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan mantan Presiden AS Donald Trump. Mereka bertemu selama 15 menit di sela-sela upacara. Pertemuan ini menunjukkan adanya diplomasi spontan meskipun dalam suasana duka.
Tidak ada pernyataan resmi mengenai isi pembicaraan mereka. Namun, pertemuan ini tetap menjadi simbol pentingnya dialog antarnegara, bahkan di tengah situasi yang penuh emosi.
Selain itu, kehadiran Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) juga menambah dimensi diplomatik dalam acara tersebut. Jokowi hadir sebagai utusan resmi Presiden Prabowo Subianto. Kehadiran Jokowi memperlihatkan solidaritas Indonesia terhadap komunitas Katolik global.
Kehadiran Jokowi di tengah pemimpin dunia lainnya memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang mendukung perdamaian dan kerjasama internasional. Keputusan Prabowo untuk mengutus Jokowi, bersama dengan tokoh-tokoh lainnya, mencerminkan representasi resmi belasungkawa Indonesia atas wafatnya Paus Fransiskus.
Langkah ini juga dapat dilihat sebagai isyarat politik dan simbol diplomasi yang memperkuat hubungan Indonesia dengan negara-negara lain di dunia.
Pemakaman Paus Fransiskus bukan hanya menjadi momen perpisahan bagi umat Katolik. Ini juga menjadi panggung bagi diplomasi internasional yang penuh makna. Dunia menunjukkan bahwa perdamaian dan kerjasama antarnegara tetap menjadi prioritas utama.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok