Repelita Jakarta - Belum lama dilantik sebagai Gubernur Jawa Barat pada 20 Februari 2025, Dedi Mulyadi langsung menarik perhatian publik dengan serangkaian kebijakan yang kontroversial. Dalam waktu singkat, Dedi telah menunjukkan langkah-langkah yang dianggap berani dan tegas, yang memicu beragam reaksi dari netizen, mulai dari pujian hingga kritik.
Salah satu tindakan pertama Dedi Mulyadi adalah mencopot Kepala Sekolah SMAN 6 Depok yang memberangkatkan siswanya untuk study tour ke luar provinsi, meskipun sudah ada larangan dari pemerintah. Dedi menegaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari upayanya untuk membenahi manajemen pendidikan di Jawa Barat dan melindungi kepentingan siswa.
Dedi juga mengemukakan wacana untuk memasukkan mata pelajaran wajib militer ke dalam kurikulum sekolah menengah atas (SMA) di Jawa Barat. Ia beralasan bahwa program ini bertujuan untuk membentuk karakter bela negara di kalangan generasi muda, terutama mereka yang terlibat dalam geng motor dan perkelahian.
Dalam upaya melindungi dunia usaha, Dedi berjanji akan memberikan biaya bantuan keamanan untuk melindungi pengusaha dari gangguan organisasi masyarakat (ormas). Ia mengungkapkan bahwa banyak pengusaha yang merasa tertekan oleh oknum ormas yang meminta jatah, dan langkah ini diharapkan dapat menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif.
Reaksi netizen pun beragam, banyak yang memuji keberanian Dedi dalam mengambil keputusan. Namun, ada juga yang mempertanyakan kelayakannya untuk menjadi gubernur. "Gak pantes jadi gubernur, pantesnya jadi presiden," tulis salah satu netizen di platform media sosial.
Dedi Mulyadi menunjukkan komitmennya untuk melakukan perubahan di Jawa Barat dengan langkah-langkah yang berani dan kontroversial. Meski baru dilantik, ia sudah berhasil menciptakan diskusi hangat mengenai kebijakan-kebijakannya. Apakah langkah-langkah ini akan membawa hasil positif bagi masyarakat Jawa Barat? Hanya waktu yang akan menjawabnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok