Kontroversi Pernyataan Suswono, Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Dapat Dampak Negatif pada Elektabilitas Paslon RIDO
Pernyataan kontroversial yang dilontarkan oleh calon wakil gubernur DKI Jakarta Suswono berakibat serius terhadap klaim kemenangan pasangan calon yang didukung oleh Prabowo Subianto dan Jokowi. Dalam sebuah kampanye saat bertemu dengan Ormas Bang Japar di Jakarta, Suswono menyarankan agar pemuda Jakarta yang masih menganggur mencari janda kaya untuk dinikahi, mengutip kisah Nabi Muhammad yang menikahi janda kaya, Siti Khadijah.
Pernyataan tersebut menuai kritik tajam dari publik yang merasa tidak setuju dengan perbandingan Nabi Muhammad, yang pada usia 25 tahun adalah seorang pedagang ulung dan dipercaya sebagai "Al Amin", dengan pemuda pengangguran. Banyak yang menilai pernyataan Suswono itu tidak hanya salah dalam konteks sejarah, tetapi juga merendahkan figur Nabi Muhammad.
Tanggapan publik semakin keras setelah komentar tersebut viral di media sosial, dengan banyak netizen menyebutkan bahwa Khadijah menikahi Nabi Muhammad karena beliau adalah seorang pemuda yang sukses dan berkelas, bukan pengangguran. Salah seorang netizen menegaskan bahwa Nabi Muhammad pada usia 25 tahun sudah memiliki status sosial yang tinggi, berbeda dengan pernyataan Suswono.
Pengamat politik Abdul Halim menganggap pernyataan tersebut sebagai pelecehan agama yang perlu diproses secara hukum. Halim juga menilai bahwa pernyataan tersebut mencerminkan pemahaman agama yang keliru, terutama dari seorang pejabat yang seharusnya memahami nilai-nilai agama dengan baik.
Reaksi keras juga datang dari Gerakan Pemuda (GP) Ansor DKI Jakarta, yang melaporkan pernyataan Suswono ke polisi, menuntut permintaan maaf secara terbuka. Mereka menilai pernyataan itu telah menyakiti perasaan umat Islam. Meskipun Suswono kemudian meminta maaf, GP Ansor menilai permintaan maaf tersebut tidak cukup karena hanya disampaikan melalui rilis dan video yang dinilai tidak tulus.
Selain itu, Ormas Betawi Bangkit juga melaporkan Suswono ke polisi dengan tuduhan penistaan agama. Laporan tersebut diterima oleh Bawaslu, yang kemudian merujuk kasus ini ke Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu) untuk ditindaklanjuti.
Kontroversi ini berdampak negatif pada elektabilitas pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Ridwan Kamil-Suswono (RIDO). Berdasarkan hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dirilis pada awal November 2024, elektabilitas pasangan RIDO mengalami penurunan signifikan, sementara pasangan Pramono Anung-Rano Karno (nomor urut 3) justru unggul dengan elektabilitas 46 persen, jauh di atas pasangan Ridwan-Suswono yang hanya memperoleh 39,1 persen.
Survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) juga menunjukkan bahwa elektabilitas RIDO terus merosot. Penurunan tersebut menunjukkan bahwa ketidakpuasan terhadap Suswono telah mempengaruhi dukungan terhadap pasangan Ridwan Kamil, meskipun mereka mendapat dukungan dari dua presiden yang berpengaruh.
Para pengamat politik, seperti Ray Rangkuti, memprediksi bahwa pasangan Pramono-Rano memiliki peluang besar untuk menang karena mereka berhasil menarik pemilih yang lebih luas, termasuk dari pemilih Partai Golkar yang sebelumnya tidak solid mendukung RIDO. Sebaliknya, dukungan untuk RIDO cenderung terkonsentrasi pada pemilih Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang tidak cukup untuk memenangkan pemilihan ini.
Kontroversi yang mencuat akibat pernyataan Suswono ini menjadi faktor penting yang mempengaruhi dinamika Pilkada DKI Jakarta, yang semakin memanas menjelang pemungutan suara pada 27 November 2024.(*)