Serangan udara Israel di lingkungan padat penduduk di pusat Kota Beirut, Lebanon, menewaskan juru bicara utama Hizbullah, Mohammad Afif, pada Minggu (17/11/2024) pagi waktu setempat.
Menurut laporan al-Mayadeen, jaringan berita Lebanon yang berafiliasi dengan kelompok militan Hizbullah, Afif tewas di Ras al-Nabaa, kawasan yang menjadi tempat perlindungan banyak warga dari daerah pinggiran selatan Beirut yang dibombardir dalam beberapa minggu terakhir.
Pasukan Pertahanan Israel menolak untuk memberikan komentar mengenai serangan tersebut. Mohammad Afif menjabat sebagai kepala hubungan media Hizbullah dan diketahui dekat dengan mantan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, yang tewas dalam serangan Israel pada September 2024 lalu.
Pejabat Hizbullah, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada Associated Press bahwa Afif tewas dalam serangan terhadap kantor partai sosialis Arab Baath.
Serangan tersebut terjadi setelah eskalasi militer Israel pada bulan September, pasca pembunuhan Nasrallah. Pada Oktober 2024, Afif terlihat terburu-buru menyelesaikan konferensi pers di Beirut menjelang serangan Israel.
Pesawat tempur Israel menggempur pinggiran selatan Beirut pada Minggu setelah militer Israel memperingatkan warga untuk mengungsi dari beberapa bangunan. Daerah tersebut, yang dikenal sebagai Dahiyeh, memiliki kehadiran yang kuat dari Hizbullah. Serangan ini terjadi saat pejabat Lebanon mempertimbangkan proposal gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat.
Seorang fotografer Associated Press di lokasi serangan melaporkan melihat empat mayat dan empat orang terluka, namun jumlah pasti korban masih belum dipastikan. Warga setempat terlihat berlarian meninggalkan lingkungan yang terimbas serangan.
"Saya tertidur dan terbangun karena suara serangan, orang-orang berteriak, mobil-mobil dan tembakan," kata Suheil Halabi, salah seorang saksi yang dikutip oleh CBS News. "Jujur saja, saya terkejut. Ini pertama kalinya saya mengalaminya sedekat ini," tambahnya.
Serangan udara Israel terakhir di pusat Kota Beirut terjadi pada 10 Oktober, yang menewaskan 22 orang dalam dua serangan terpisah. Hizbullah mulai menembakkan roket, rudal, dan pesawat nirawak ke Israel sehari setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang di Gaza.
Israel melancarkan serangan udara balasan di Lebanon, dan konflik semakin meningkat hingga meletus menjadi perang total pada September 2024. Pasukan Israel kemudian menyerbu Lebanon pada 1 Oktober 2024.
Sementara itu, jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Gaza terus meningkat. Berdasarkan laporan dari Al Jazeera, pada hari Sabtu (16/11), pasukan Israel menewaskan 111 warga Palestina di Jalur Gaza. Sejumlah korban tewas termasuk 50 orang yang terjebak dalam serangan terhadap gedung bertingkat di Beit Lahiya utara Gaza.
Di Beirut, dua orang tewas dan 22 orang terluka akibat serangan Israel di Jalan Mar Elias, pusat kota. Ini merupakan serangan pertama di daerah tersebut sejak Israel melancarkan serangan darat di Lebanon. Pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL) melaporkan bahwa patroli penjaga perdamaian mereka ditembaki sekitar 40 kali di wilayah selatan negara itu.
Lebih lanjut, setidaknya dua tentara Lebanon tewas setelah pasukan Israel menyerang pos militer Lebanon di Hasbaiyya selatan. Beberapa tentara lainnya terluka.
Di Israel, protes oleh warga Yahudi ultra-Ortodoks di Tel Aviv menentang wajib militer berujung pada bentrokan dengan polisi.
Sejak dimulainya serangan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, lebih dari 43.800 warga Palestina tewas dan lebih dari 100.000 lainnya terluka. Sementara itu, lebih dari 1.100 orang tewas di Israel akibat serangan Hamas pada hari tersebut, dengan lebih dari 200 orang ditawan.
Di Lebanon, serangan Israel sejak dimulainya perang di Gaza telah menyebabkan lebih dari 3.480 orang tewas dan 14.780 orang terluka.(*)