Cucun Soroti Banirnya Impor Tekstil Ilegal dari China
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Cucun Ahmad Syamsurijal menyoroti maraknya barang tekstil impor ilegal dari China yang masuk ke Indonesia. Cucun menyebutkan bahwa dengan begitu banyaknya produk impor yang mendominasi pasar, ada sistem yang salah dalam pengawasan.
"Bayangkan, 72.000 kontainer ilegal. Ini kan banyak sekali. Pantas industri tekstil kita babak belur," ujarnya dalam siaran pers, Jumat (29/11/2024).
Cucun menilai hal ini menjadi salah satu penyebab hancurnya industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri. Ia pun mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah tegas.
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mempertanyakan kehadiran pemerintah selama ini. "Kenapa kita bisa sampai kecolongan seperti ini. Di mana missed dan celahnya? Kondisi ini kan mengancam kesejahteraan rakyat," ujarnya.
Cucun juga menyoroti kinerja Bea Cukai yang dinilai tidak tegas terhadap barang impor ilegal yang masuk. "Taring Bea Cukai tajam ke masyarakat sendiri, tetapi barang impor banjir masuk didiamkan saja," katanya. Ia juga mempertanyakan peran Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang dinilainya kurang peduli terhadap masalah ini.
Ia mengingatkan bahwa dampak dari banjirnya impor tekstil ilegal sangat besar. "Industri TPT yang melemah menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran. Industri tekstil kelas kecil, menengah sampai besar akan terpuruk," jelasnya.
Cucun khawatir industri tekstil akan semakin banyak yang gulung tikar jika tidak ada perbaikan dalam pengawasan dan penegakan hukum terkait impor tekstil ilegal. "Kalau industri gulung tikar, ini menambah angka pengangguran di Indonesia karena banyak yang akan di-PHK," ungkapnya.
Ia mendesak pemerintah untuk segera mengatasi masalah impor ilegal ini agar industri dalam negeri tidak semakin lesu. "Kita jangan sampai lengah," tegasnya.
Cucun juga mendorong pemerintah untuk merevisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024 yang menurutnya menjadi salah satu faktor masuknya produk impor dengan harga murah ke pasar Indonesia, yang akhirnya merugikan pelaku usaha nasional.
“Daya beli masyarakat jadi menurun sehingga tidak ada perputaran ekonomi. Ini sangat bahaya dan bisa menghambat target pemerintah yang ingin mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen,” terangnya.
Industri TPT, yang menyerap hampir 4 juta tenaga kerja dan berkontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB), menjadi sektor yang sangat terdampak. Cucun mengingatkan bahwa tanpa langkah cepat dari pemerintah, semakin banyak yang akan terkena PHK, dan kelas menengah bisa tergerus menjadi kelas bawah.
Dampak dari impor ilegal ini juga sangat merugikan negara. Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) mengungkapkan bahwa dalam lima tahun terakhir, sebanyak 72.250 kontainer TPT ilegal dari China masuk ke Indonesia, menyebabkan kerugian negara yang diperkirakan mencapai Rp 46 triliun.
Industri tekstil Indonesia sendiri telah mengalami keterpurukan dalam beberapa tahun terakhir. Pada awal Juli 2024, sekitar 11.000 pekerja di sektor ini terkena PHK. Tidak hanya itu, beberapa pabrik tekstil juga harus melakukan efisiensi karyawan. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, hampir 60.000 pekerja sudah terkena PHK sejak awal tahun 2024.
Jika tidak segera ditangani, bukan tidak mungkin semakin banyak industri tekstil yang terpuruk, yang pada akhirnya berimbas pada kenaikan angka pengangguran di Indonesia. (*)
Editor: Elok Pewarta Repelita