Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI buka suara soal gerakan golput di media sosial 'Anak Abah Tusuk 3 Paslon'.
Sejak Anies Baswedan gagal mencalonkan diri sebagai calon gubernur di Pilkada 2024, kini muncul gerakan di media sosial.
Diduga gerakan itu digalang oleh pendukung Anies yang kecewa karena jagoannya tidak maju di Pilkada Jakarta.
Kini ramai gerakan 'Anak Abah Tusuk 3 Paslon' di media sosial. Tusuk 3 Paslon sama dengan golput, sementara anak abah diasosiasikan sebagai pendukung Anies Baswedan di Jakarta.
Gerakan ini dinilai sejumlah pihak akan mengancam meningkatnya angka golput di Jakarta.
Menanggapi fenomena ajakan golput di Pilkada Jakarta 2024 ini, Komisioner KPU RI Idham Holik buka suara.
Idham mengatakan ajakan golput bisa mengarah ke tindak pidana.
"Yang jelas gerakan atau ajakan untuk tidak menggunakan hak pilih (golput) atau membuat hak pilih atau suara menjadi invalid itu, tidak sekedar pada prilaku nir etis tapi bisa mengarah pada tindak pidana," kata Idham Holik kepada tvOne, Minggu (8/9/2024).
Sebelumnya, Juru Bicara Anies Baswedan yakni, Sahrin Hamid mengataka gerakan 'Anak Abah Tusuk 3 Paslon' merupakan refleksi kekecewaan warga Jakarta.
"Ini refleksi kekecewaan warga," katanya dalam Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne, Minggu (8/9/2024).
"Ini seharusnya dilihat sebagai ekspresi aspirasi warga yang justru tak tertampung di elit politik," jelasnya.
Sahrin mengatakan sebelumnya ada 40-50 persen aspirasi warga meminta Anies Baswedan untuk maju di Pilkada Jakarta.
Namun, akhirnya aspirasi warga ini ternyata tidak terakomodasi oleh elit politik. Sehingga publik yang kecewa bingung harus menumpahkan kekecewaannya ke mana.
"Ini juga bisa menjadi bagian dari gerakan untuk melawan keputusan elit yang tidak merefleksikan aspirasi warga kebanyakan," tambahnya.
Sahrin mengatakan, harusnya digali apa yang menjadi faktor kekecewaan warga hingga muncul gerakan tersebut di media sosial.
"Tentunya latar belakang kekecewaan ini karena begitu besarnya harapan terhadap sosok Anies," katanya.
Menurutnya banyak hal yang dilakukan oleh Anies terhadap orang kecil di Jakarta selama menjabat sebagai Gubernur Jakarta.
"Refleksinya mestinya adalah apa yang menjadi harapan terhadap Anies, para calon-calon ini harus bisa menjawab. Misalnya program-program untuk warga, orang yang tidak mampu bisa sekolah, mahasiswa yang tidak mampu bisa KJMU, untuk lansia, untuk pekerja dan masih banyak lainnya," tuturnya.
Menurutnya, para calon-calon yang ada harus melanjutkan program-program yang telah dilakukan oleh Anies Baswedan sebelumnya seperti dikutip dari tv one
Anies Gagal Berlayar di Pilgub Jakarta, Gerakan Coblos Semua Menggema
Setelah Anies Baswedan dipastikan tak berlayar dalam kontestasi Pilgub Jakarta, sebuah gerakanmulai mengemuka dari para pendukung Anies Baswedan.
"Gerakan Coblos Semua" ini menjadi simbol perlawanan mereka terhadap absennya Anies dari kontestasi pemilihan gubernur Jakarta.
Muncul sebagai reaksi spontan dari akar rumput warga Jakarta yang kecewa karena Anies Baswedan, yang dikenal memiliki elektabilitas tertinggi dan mendapat kepuasan publik yang luas.
Hal yang memotori gerakan tersebut karena tiga pasangan calon yang ditawarkan oleh koalisi partai penguasa, yang disebut "KIM Plus", PDIP, dan paslon independen tidak merepresentasikan aspirasi rakyat Jakarta.
Warganet menilai bahwa kandidat-kandidat seperti Ridwan Kamil, Pramono Anung, dan pasangan independen Dharma Pongrekun hanyalah hasil dari lobi-lobi politik elit yang jauh dari kehendak rakyat.
"Sungguh tidak elegan pemilihan pemimpin Indonesia tanpa Abah Anies. Semua yg menjabat adalah petugas partai yg haus akan kekuasaan. Perlawanan kita thd rezim dg cara datang ke TPS dan coblos semua partai. Gibran lambang suram demokrasi 🇮🇩 #CoblosSemuaPaslon #AniesHebat," tulis akun @yaniarsim.***