Ulama muda, Ustaz Adi Hidayat (UAH), baru-baru ini menjadi penceramah dalam acara Pengajian Ramadan 1444 Hijriyah yang diadakan oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). UAH mengajak masyarakat untuk menyikapi secara bijak dan memiliki sikap yang progresif.
UAH menyatakan bahwa ada beberapa pilihan dalam menerapkan ajaran Islam, yang dikenal sebagai manhaj. Namun, ketika seorang muslim telah memilih salah satu dari pilihan tersebut, hal itu disebut dengan mazhab.
“Mazhab bukanlah sebuah kelompok. Jika didefinisikan, mazhab merupakan suatu pandangan yang cenderung diambil. Karena jika kita lihat sejarahnya, Rasulullah pada masa hidupnya telah mengajarkan semua hal terkait Islam. Setelah beliau wafat, baru kemudian umat Islam berpencar ke empat wilayah besar dan ada 130 sahabat nabi yang memberikan fatwa di berbagai wilayah ini,” kata UAH mengutip laman Muhammadiyah, Jumat (31/3/2023).
Menurut UAH, menjadi hal yang wajar jika umat Islam hanya mengambil salah satu dari empat mazhab yang diajarkan di empat wilayah ini. Sebab, menurutnya, tidak mungkin untuk mengajarkan dan mempraktikkan keempat mazhab sekaligus.
“Kita harus memilih salah satu, dan ketika kita sudah memilih, itulah yang disebut dengan mazhab,” ucapnya.
UAH menambahkan bahwa manhaj dan mazhab adalah dua konsep yang berbeda. Menurutnya, manhaj adalah pedoman berkehidupan yang menata umat Islam untuk mengimplementasikan nilai-nilai ketaqwaan dalam bentuk ritual pada nilai-nilai sosial.
“Turunan dari manhaj ada dua, salah satunya melahirkan mazhab di kemudian hari. Seluruh syariat dan pedoman berupa manhaj ini terkandung dalam Alquran yang diturunkan kepada Rasulullah,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa Alquran adalah satu-satunya kitab dalam Islam yang dijaga manhaj-nya hingga akhir zaman sebagai petunjuk bagi umat manusia.
UAH menegaskan bahwa setiap manusia yang hidup tidak akan lepas dari petunjuk Allah berupa manhaj dan syariat yang disampaikan melalui para rasul. Dan jika diurutkan secara genealogi dari Nabi Muhammad hingga Nabi Adam, semuanya tersambung sekaligus dengan manhaj dan syariatnya.
Bahkan garis keturunan dari pendiri Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan, tersambung langsung kepada Rasulullah.
“Maka, kita patut berbahagia karena Muhammadiyah bukan hanya sekadar persyarikatan. Namun, manhaj dan syariat bahkan genealogi pendirinya tersambung kepada Rasulullah,” ujarnya.